SOSBUD | Kepedulian: Sebuah Kunci untuk Membangun Karakter Bangsa
DikToko
(Soetiyastoko)
Halo, Sahabat Pembaca!
Pernahkah Anda merasa kesal melihat sampah berserakan di jalan, atau lampu di toilet umum yang terus menyala meskipun tak ada orang di sana? Atau mungkin Anda pernah menemukan paku di jalan raya dan berpikir, "Ah, biarlah orang lain yang menyingkirkan." Nah, di sinilah peran kepedulian diuji.
Kepedulian bukan bawaan lahir. Ia seperti sebuah aplikasi yang harus di-install dalam diri manusia.
Instalasinya memerlukan proses panjang: meniru, dilatih, dibiasakan, dan dididik secara terus-menerus. Sama seperti ketika kita mengajari anak kecil untuk mengatakan "tolong" dan "terima kasih", kepedulian pun perlu ditanam sejak dini agar tumbuh subur hingga dewasa.
1. Kepedulian Dimulai dari Diri Sendiri
Mari kita mulai dari yang paling sederhana: kebersihan diri dan di rumah. Kepedulian terhadap kebersihan berarti tidak membuang sampah sembarangan, bahkan ketika tidak ada yang melihat. Bayangkan kalau setiap orang peduli untuk membuang sampah pada tempatnya, kita tidak akan melihat selokan mampet yang berujung banjir. Cobalah biasakan berkata kepada diri sendiri, "Kalau bukan saya yang memulai, siapa lagi?"
Contoh lucu tapi penting:
Pernah dengar kisah seseorang yang berusaha menyelamatkan seekor kecoa dari tenggelam di wastafel? Mungkin Anda tertawa, tapi aksi kecil ini adalah bentuk kepedulian. Bahkan, makhluk kecil pun berhak atas belas kasih, bukan?
2. Kerapihan & Kebersihan: Sebuah Cerminan Diri