Mohon tunggu...
Soetiyastoko
Soetiyastoko Mohon Tunggu... Penulis - ☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Marketer, motivator yang gemar menulis, menyanyi dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Antrian Pensiunan dan Komputer yang Hang

18 Januari 2025   05:49 Diperbarui: 18 Januari 2025   05:49 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tak Pernah Antri Ambil Uang Pensiun, Pensiunan Swasta

Cerpen  |  Antrian Pensiunan dan Komputer yang Hang

DikToko
(Soetiyastoko
)

Pagi itu, antrian panjang membentang di depan loket pembayaran pensiun. Empat orang sahabat lama --- Pak Manan, Pak Suwito, Pak Joyo, dan Pak Harun --- duduk berjajar di kursi kayu yang mulai reyot. Mereka menunggu dari pukul 7 pagi, tetapi hingga jam 10:30, loket tak kunjung dibuka. Alasannya? Komputer di dalam kantor hang.

Pak Harun, yang paling cerewet, mulai bicara. "Hang itu apa sih? Gantung? Jangan-jangan komputernya lagi hang out ke warung sebelah."

Pak Joyo tertawa terbahak-bahak hingga batuk. "Mungkin komputernya hang out sambil minum kopi!"

Pak Suwito menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal. "Aku baru belajar bahasa Inggris, loh. Hang itu kayak... gantung. Tapi kalau hang out, artinya jalan-jalan."

Pak Manan menyahut, "Ah, komputer jalan-jalan? Apa nggak mual dia? Mungkin dia juga sekalian belajar bahasa Inggris!"

Pak Harun tertarik. "Belajar bahasa Inggris? Ayo kita belajar sama-sama. Aku nemu ini, bagus buat hiburan!" Dia mengeluarkan kertas kecil dari sakunya.

Ia mulai membaca:
"Good itu baik. Time itu waktu. Kalau good time?"

"Biskuit coklat!" seru mereka serempak, tertawa sampai perut mereka sakit.

Pak Joyo menimpali, "On itu aktif, line itu garis. Kalau online?"

"Ngirim pesan, tapi nggak dibalas!" jawab Pak Suwito, membuat mereka tertawa keras hingga terdengar suara kecil yang mencurigakan dari salah satu dari mereka.

"Kau kentut ya, Suwito?" goda Pak Harun.

"Aku? Nggak, itu suara kursi!" kilahnya dengan wajah merah.

Pak Manan melanjutkan, "*Close itu tutup, up itu naik. Kalau close up?"

"Odol!" sahut mereka lagi, sambil terpingkal-pingkal.

Pak Suwito mencoba meluruskan napas. "Aduh... fresh care itu minyak angin, so may itu makanan, sun light itu sabun cuci piring!"

Mereka tertawa lebih keras lagi. Pak Joyo sampai menangis sambil memegangi perutnya. "Yang paling lucu itu I you think think!"

"Apaan itu?" tanya Pak Harun.

"Ya jelas! Penyanyi dangdut!"

Semua langsung terbahak lagi, tanpa peduli pandangan para pegawai yang tampak kesal.

Beberapa menit kemudian, seorang pegawai akhirnya muncul, tetapi hanya untuk memberi pengumuman bahwa pelayanan belum bisa dilakukan karena masalah teknis. Pak Harun berdiri dengan suara lantang, matanya tajam.

"Pak, kami tahu kalian sibuk. Tapi kami juga manusia. Kami juga pernah bekerja keras seperti kalian, bahkan mungkin lebih lama. Suatu hari nanti, kalau kalian diberi umur panjang, kalian juga akan menjadi pensiunan seperti kami. Mudah-mudahan, pegawai yang melayani kalian kelak tidak seperti kalian melayani kami hari ini."

Ruangan itu seketika sunyi. Sang pegawai menunduk dan mengangguk pelan.

Kesimpulan

Terkadang, yang diperlukan bukan hanya perbaikan sistem, tetapi juga rasa empati. Pelayanan publik harus didasarkan pada pengertian bahwa semua orang pantas dihormati, terlebih mereka yang telah memberikan banyak kontribusi sepanjang hidup mereka.

Dalam bekerja, apalagi tugas pelayanan, persiapkan segala sesuatunya dengan baik.

Jika ada masalah, segeralah minta maaf  dan beritahu dengan baik. Jangan dibiarkan menunggu lama dulu, baru memberitahu.

Saran

Sebagaimana dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:
"Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua (orang tua) dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, 'Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.'" (QS. Al-Isra: 24)

Pelayanan yang baik kepada para pensiunan adalah bentuk nyata dari penghormatan kepada mereka yang telah lebih dahulu berjuang. Semoga kita dapat menjadi pribadi yang menghormati orang tua dan semua yang berjasa, agar kebaikan itu kembali kepada kita di masa depan.

Ingat, suatu ketika nanti, pun akan menjadi tua. Jika Allah Swt berkenan memberi umur panjang. Aamiin ...

_________

Pagedangan, BSD, Kab. Tangerang, Rabu, 15/01/2025 20:25:21

Kenangan, ditulis dari cerita Almarhum Bapak kami yang penyayang, humoris, gigih dan tegas.
Cerita ini disampaikan disela-sela beliau main biola, di halaman depan rumah, sambil menikmati bulan purnama. Kami menggelar tikar dan makan  pisang  gorang buatan Ibu dan Mbakyu  kami.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun