"Kenapa?" tanya Tinne, setengah tertarik.
"Karena malaikat lagi sibuk menangis melihat kita yang masih ngeyel ke tempat maksiat," Ragil menjawab dengan nada satire yang membuat semuanya tertawa.
***
*Klub Illusion: Surga dalam Kekacauan*
Pukul sebelas malam, mereka tiba di Klub Illusion, salah satu klub tersembunyi  terkurung perkantoran dan hotel. Jauh dari hunian. Tempat yang terkenal di kalangan pengussaha dan selebritis serta politisi Jakarta.
Lampu neon berwarna ungu menyinari pintu masuk, sementara suara dentuman musik tak terdengar dari luar.
"Ayo cepat! Kita nggak mau melewatkan countdown tahun baru, kan?" Aldo memimpin jalan.
Setelah melewati penjagaan ketat, mereka disambut oleh suasana yang kontras dengan luar: hangat, penuh cahaya, dan aroma campuran parfum mahal serta alkohol.
Di lantai dansa, penari-penari eksotis berputar dalam gerakan yang memukau, tubuh mereka bersinar dalam sorotan lampu.
Di sudut bar, sekelompok orang tertawa terbahak-bahak sambil menenggak minuman.
"Ini dia, tempat yang lengkap!" Aldo berseru, menatap takjub ke sekeliling.