Cerpen  |  Malam Hujan di Ibu Kota: Berkah ?
DikToko
(Soetiyastoko)
Langit Jakarta malam itu seperti dihujam ribuan panah air. Hujan deras mengguyur sejak sore, tak menunjukkan tanda akan reda.
Jalanan tergenang, kendaraan saling beradu klakson, dan suasana malam tahun baru yang seharusnya riang berubah menjadi momen mengumpat massal.
Para penjual terompet kertas, meski menggigil  kedinginan dibalut jas hujan ala kadarnya, bertahan. Sebagian
masih komat-kamit panjatkan doa. Berharap masih ada berkah rejeki pesta malam pergantian tahun.
Namun, di tengah kekacauan ini, sebuah SUV tinggi bongsor, merah darah, melaju perlahan di jalanan basah, membawa tujuh penumpang dengan ambisi berbeda.
"Aldo, yakin kita masih mau lanjut?" tanya Ahmad dari kursi belakang. Wajahnya cemas melihat genangan air yang semakin tinggi.
"Tenang, Bro. Ini Jakarta! Semakin hujan, semakin seru! Semuanya tetap buka, dari yang halal sampai yang... yaa, begitulah," Aldo terkekeh sambil menggenggam setir.
Prita Jelita, Rossy Cantika, dan Tinne Sintawati sibuk memperbaiki makeup di tengah goyangan mobil.
Mereka adalah personifikasi sempurna dari kehidupan malam Jakarta: cantik, seksi, dan misterius. Nyablak.
"Aku nggak peduli hujan atau banjir. Pokoknya kita harus sampai di Klub Illusion!" kata Prita sambil memoles lipstik merah menyala.
"Iya, katanya malam ini ada DJ dari Amsterdam. Sayang banget kalau dilewatkan!" sahut Rossy, memutar bola matanya yang penuh antusiasme.
Di kursi paling belakang, Ragil Pertiwi hanya mendesah pelan. "Kalian tahu nggak, kenapa hujan malam ini deras banget?"