Mohon tunggu...
Soetiyastoko
Soetiyastoko Mohon Tunggu... Penulis - ☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Marketer, motivator yang gemar menulis, menyanyi dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Antara Pemalang dan Batang

1 November 2024   11:58 Diperbarui: 1 November 2024   20:01 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Puisi  |  Antara Pemalang dan Batang

DikToko

(Soetiyastoko)

Di pagi yang masih dingin,
bermula pandangan tak jelas,
kaca mobil tak mampu bersih sendiri

Kotor
Wifer tak bisa berfungsi
di tol yang panjang
tak berujung,
tersendat langkah,

terpaksa hentikan roda,
saat takdir menepi
di bahu jalan,
adalah baris pertama
kabar yang getir,
memilukan.

Di sana, angin pagi mengemas napas terakhir,
lalu membawanya terbang                      

Tinggal-lah jasad-jasad terluka merah
sosok kuli berita                   -yang selama ini berdedikasi
tanpa henti,
Sunardi, Marwan, Alwan---
nama yang kini ditulis di nisan,
dalam satu kejapan takdir yang pilu.


(Lewat serudukan truk yang tergagap, menghindari mobil lain yang oleng)

Dengan debu kaca yang masih di tangan,
dan air yang tak tersiramkan
Allahu Akbar !
Kehidupan mereka
tetiba
terhenti,
di batas yang tak direncanakan,
tertinggal cerita yang belum selesai,
laporan yang tak sampai tujuan.

Felicia, Geigy, luka yang belum kering,
jiwa yang belum pulih
dari
getir perjalanan.
Kalian hidup membawa cerita mereka,
kawan se-iring-mu
Suarakan jejak, langkah, dedikasi,
untuk mereka yang kini tenang di sana.

Selamat jalan, para pencari kebenaran,
Yaa Allah, kumohon pada-Mu
berikanlah cahaya terang
tak menyilaukan,
di kubur sunyi
tempat kalian
kini beristirahat.

Menunggu akhir masa,
hari perhitungan
bagi
semua manusia

Tugas liputan
yang
tak
lekang,
tanpa niat
telah kalian tinggalkan
Usah risaukan.

Antara Pemalang dan Batang  di sisi tol yang bisu,                                                            kami bubungkan salam terakhir,
dengan doa dan rasa hormat,
untuk dikau bertiga yang telah pergi.

Selamat jalan, semoga damai
menuju pelukan-Nya

Usah bimbang,
tugas-mu, pasti kami lanjutkan.

________

Pagedangan, BSD, Jumat, 01/11/2024 11:15:09Catatan,Info dikutip dari kompas.com

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun