Mohon tunggu...
Soetiyastoko
Soetiyastoko Mohon Tunggu... Penulis - ☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Marketer, motivator yang gemar menulis, menyanyi dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Serpihan Senyummu yang Hilang

26 Oktober 2024   01:53 Diperbarui: 26 Oktober 2024   02:58 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka sering berbicara tentang masa depan, tentang keluarga yang akan mereka bangun bersama. Tentang mengantar anak ke sekolah. Mengajari mereka ngaji.

Janji-janji itu menjadi tiang penopang hubungan mereka.

Layar 3: Jakarta, Kota Impian

Setelah lulus, mereka sama-sama bekerja di Jakarta. Sinta sebagai desainer grafis merangkap tagline dan copy writer, di bidang advertising. Pekerjaan yang menuntut pergaulan yang luas.

Sedangkan Fadil di sebuah perusahaan teknologi informasi. Waktunya lebih banyak habis di depan monitor komputer.

Mereka sering bertemu di stasiun, menumpangi kereta yang sama ke arah kantor.

"Fadil, kita hampir bisa mewujudkan mimpi kita. Punya rumah kecil di pinggiran kota, dekat dengan masjid, dan hidup tenang," kata Sinta sambil menyesap teh tawar hangat di warung bakso langganan mereka.

Fadil tersenyum. "Aku tahu, Sin. Aku tak sabar menunggu hari itu tiba."

Namun, seiring waktu berjalan, sesuatu perlahan berubah. Sinta mulai jarang memberi kabar. Pertemuan di kereta pun semakin berkurang  sejak Sinta mendapat kendaraan inventaris, sedan  hitam. Dia kini sudah dipetcayai mensutradai pembuatan video iklan.

Fajar mulai merasa ada yang salah, namun ia tetap berusaha mempercayai kekasihnya. Dia mengerti  shooting-shooting itu sering dilakukan malam hari.

Hingga suatu hari, semuanya menjadi jelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun