Mohon tunggu...
Soetiyastoko
Soetiyastoko Mohon Tunggu... Penulis - ☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Marketer, motivator yang gemar menulis, menyanyi dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Rujak Berulat

3 Oktober 2024   13:42 Diperbarui: 3 Oktober 2024   19:40 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerpen  |   Rujak Berulat

DikToko
(Soetiyastoko)

Di sudut kamar luas ukuran 6 kali 4 meter itu sepi, Irma duduk memandangi cermin.

Hatinya menyempit.

Bayangan itu, yang pernah menghiasi cover majalah ternama.

Wajahnya tetap seindah seperti dulu, saat dia dan Fikri pertama kali bertemu. Tubuhnya yang semampai masih terawat dengan baik, meskipun setelah dua anak lahir dari rahimnya.

Banyak wanita yang iri padanya, tidak hanya karena kecantikannya, tetapi juga karena kebaikan hatinya. Irma dikenal lembut, sabar, dan penyayang. Ia mengurus rumah tangga dengan cermat, menjaga anak-anak dengan kasih sayang, serta selalu berusaha menjadi istri yang baik.

Namun, di balik kesempurnaan yang tampak itu, hatinya tengah berderai pilu. Suaminya, Fikri, berkali-kali menghianatinya. Bukan dengan wanita yang sepadan---bukan wanita dengan paras cantik atau akhlak mulia---melainkan dengan perempuan yang ia ibaratkan sebagai "rujak berulat", murahan dan tak pantas.

Irma terdiam lama, tak bisa mengerti mengapa Fikri lebih memilih perempuan-perempuan seperti itu. Bukankah di rumah ada "sajian yang bersih dan berkah"?

Bukankah ia sudah berusaha menjadi istri yang terbaik? "Apa yang kurang dariku?" pikirnya, perih. Setiap kali ia mendapatkan pesan-pesan dari sahabatnya atau mendengar desas-desus dari tetangga, hatinya selalu terkoyak.

Bahkan secara tak sengaja telah memergoki suaminya di foodcourt sebuah Mal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun