Aku terus melaju di jalan tol menuju arah Tangerang, lampu-lampu jalanan mulai terlihat di kejauhan, memantul di kaca jendela mobil.
"Hidup sahabatku tampak sempurna," pikirku lagi. Namun, mungkin kesempurnaan itu bukan tentang tidak adanya masalah, melainkan tentang bagaimana ia bisa menerima dan bahagia menjadi dirinya sendiri, tanpa perlu berpura-pura.
Kekiri keluar dari jalan Tol, menuju kota baru BSD mulai terbentang deretan pertokoan di depan mataku. Gelap malam kini sepenuhnya mengambil alih.
Mobil inventaris baru ku melaju lebih cepat, namun di dalam kabin yang masih bau plastik ini, aku merasa perjalanan ini seperti sebuah refleksi panjang.
Setiap orang di dunia ini mungkin terlihat memiliki kehidupan yang berbeda, tapi sebenarnya mereka semua sedang berjuang, dengan caranya sendiri.
"Mungkin aku tak tahu di mana rezekiku, tapi rezekiku tahu di mana aku."
Aku teringat, bahwa sejak dalam kandungan, Allah sudah menjamin rezekiku. Rezeki tidak selalu datang dari apa yang kita lihat atau dari apa yang kita kerjakan. "Kerja adalah ibadah, sedang rezeki itu urusan-Nya."
Aku tersenyum kecil, mematikan mesin mobil setelah sampai di rumah di BPA.
Malam yang tenang dan perjalanan panjang hampir 2 jam ini memberiku banyak waktu untuk merenung.
Aku menyadari bahwa rezeki adalah sesuatu yang lebih dari sekadar hasil usaha keras.
--------------