Jalanan kini sepi, hanya ada beberapa kendaraan yang lewat. Di bawah langit yang gelap, aku menyusuri jalan yang penuh dengan lika-liku. Setiap tikungan membawa aku pada pemikiran baru, setiap jalan lurus mengingatkan aku bahwa hidup ini terus bergerak maju, tak peduli seberapa berat beban yang harus aku pikul.
Di rumah petak kontrakan, lampu kecil menyala di sudut ruangan. Aku duduk di kursi tua, menatap sekeliling yang jauh dari tatanan dan ukuran layak. Semua yang aku miliki, meski tak banyak, adalah hasil dari kerja keras dan doa.
Aku tahu, hidup ini tidak akan selalu mudah. Akan ada hari-hari ketika aku merasa putus asa, ketika godaan untuk menyerah begitu kuat. Tapi di saat-saat seperti itu, aku akan mengingat kembali renungan ini.
Aku akan mengingat bahwa di tengah gelisah dan ketidakpastian, ada ketenangan yang bisa ditemukan melalui syukur, kejujuran, dan ketulusan.
Malam itu, setelah  melipat sajadah, di bawah langit yang kini hitam pekat, aku berdoa sekali lagi.
Aku ingin tak lagi resah, jika ada yang tanya kapan nikah. Biarlah usia merambat, sebab, tak pantas mengajak anak orang, hidup susah.
Aku memohon kekuatan untuk tetap berpegang teguh pada nilai-nilai yang kuyakini. Aku memohon agar hatiku tetap bersih, agar jiwaku tidak mudah dipermainkan oleh dunia yang penuh tipu daya.
Dan aku percaya, dengan hati yang bersih, aku bisa menghadapi apa pun yang datang padaku, menjalani hidup ini dengan damai, dan berjuang menemukan makna sejati dari keberadaan ini.
Aku janji akan terus belajar apa saja, sebab hidup tak sekedar memanjat nasib.
Aamiin Yaa Allah, aamiin.
-----------