Cerpen  |  P U L A N G
Disadur & diperkaya dari postingan  GWA Pensiunan
DikToko
(Soetiyastoko)
Aku tak mengerti alasan logisnya, mengapa kami harus kuliah di kota lain, padahal di kota kami banyak perguruan tinggi yang hebat. Banyak pula anak muda dari kota lain yang kuliah dikota kami. Termasuk yang dari berbagai kota  di luar Pulau Jawa.
Aku paham merantau itu butuh biaya besar dan berkesinbungan.
Tapi, Bapak dan Ibu kami tak berkeberatan.Â
Kami tahu demi membiayai kuliah kami di Rantau, mereka harus ekstra banting tulang. Tak cuma berjualan di pasar, Â kalau hanya itu, pasti tidak cukup.
Pesan mereka, "Belajarlah dengan sungguh-sungguh, mumpung Ibu dan Bapak masih bisa ...."
Ada yang selalu ditanyakan bapak , terutama ibu lewat surat, menjelang akhir Ramadhan kepada kami, "Kapan pulang?"
Kami, kakak-beradik 6 orang, Â hanya seorang yang tidak merantau. Lainnya mencari ilmu ke Bandung.
Aku rindu, teh ginastel---teh manis, panas, dan kental--- terbayang-bayang nikmatnya.
Ibu setiap pagi, selalu menyediakan di meja makan .