Ia menjelaskan pengalaman pribadinya, bahwa dalam dunia bisnis, kemampuan komunikasi dan kepemimpinan jauh lebih penting daripada pengetahuan teoritis dan teknis.
Seorang pemimpin yang handal dituntut mampu menginspirasi dan memotivasi orang lain, untuk bekerja sama mencapai tujuan bersama.
Perkataannya membuka mata para sahabat lainnya. Mereka pun menyadari bahwa meskipun mereka memiliki ijazah dan nilai akademis yang baik, mereka mungkin kurang mengembangkan kemampuan komunikasi dan kepemimpinan.
Sejak saat itu, mereka mulai berusaha untuk meningkatkan kemampuan tersebut.
Mereka mulai mengikuti pelatihan, membaca buku-buku tentang komunikasi dan kepemimpinan, dan berlatih berbicara di depan umum.
Lambat laun, mereka mulai merasakan manfaatnya. Mereka menjadi lebih percaya diri dalam berkomunikasi dengan orang baru.
Kini, jadi lebih mudah menjalin relasi dengan orang lain, dan lebih mampu memimpin tim untuk mencapai tujuan bersama.
Kisah para sahabat ini menunjukkan bahwa kesuksesan tidak berbanding lurus dengan tingkat ijazah dan nilai akademis.
Kemampuan komunikasi dan kepemimpinan merupakan faktor penting, yang perlu dikembangkan.
Oleh karena itu, bagi orang tua amat perlu memberikan kesempatan kepada anak-anak mereka, untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan ini.
Orang tua seyogyanya mendorong anak-anaknya , mengikuti kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan kepemimpinan.
Seperti turut pelatihan deklamasi - berpuisi, membaca buku, mendongeng dan berlatih berbicara di depan umum.