Ada yang menyela, "Mungkin saja, ... Bila kita mau dan berikhtiar !"
Kalimat itu di-ijabah Allah. Alhamdulillah !
Tukang becak, pembantu, kuli panggul, uztad, buruh pabrik, tukang parkir liar, pengusaha, ASN, dosen, dokter, karyawan swasta, prajurit dan hansip dari kampung heterogen itu, bisa bersama-sama dalam kebersamaan tanpa sekat strata sosial ekonomi dan agama.
Bagaimana pembiayaannya ?
Ada iuran standar sesuai biaya nyata dengan menabung, ada donatur, ada keluarga pesesrta yang disubsidi 50 %, ada yang digratiskan sepenuhnya. Bahkan ada yang sudah gratis masih ditambah uang saku Rp 250 ribu.
Tak terbayang bagaimana memilah-milahnya, tanpa ada yang jadi tersinggung.
Bagaimana dengan transportasinya ?
Sebagian besar naik angkot yang dicarter panitia, ada yang naik sepeda dan kendaran pribadi.
Luar biasa, bersyukur di lingkungan itu ada tokoh yang sudah selesai dengan dirinya sendiri.
Dia orang yang di utus Allah untuk menyerap ide-ide dan memenuhi kebutuhan lingkungan.
Utamanya beliau berkenan menyedekahkan waktu, tenaga, pikiran dan dana.