Menuju Indonesia Emas, Adakah Bekal Kita ?
Soetiyastoko
Terbaca di media daring, pernyataan seorang istri perwira menengah bahwa, suaminya hanya menjalankan perintah atasannya. Lelaki itu ditangkap saat menjadi kurir narkoba. Padahal menangkap kurir narkoba, termasuk tugas korps tempat dirinya mengabdi. Ironis.
Satu (jendral ) sedang menjalani persidangan dengan dakwaan tekait narkoba.
Sementara itu seorang berpangkat bintang 2 lain dan beberapa anak buahnya yang terlibat pembunuhan bawahannya sendiri sudah divonis bersalah. Telah ditetapkan hukumannya di pengadilan. Termasuk mereka yang menghalangi proses hukumnya.
Sebelumnya oknum dari berbagai tingkat jabatan staf hingga pimpinan bin ketua pun terbukti terlibat perbuatan melanggar hukum.
Oknum ketua mahkamah konstitusi, ketua DPR, menteri, ketua partai politik telah dijatuhi hukuman penjara. Termasuk ada oknum yang berprofesi pengacara, jaksa hingga hakim.
Apa sesungguhnya yang sedang terjadi di negeri yang bersepakat menata diri berdasarkan ideologi Pancasila ini ?
Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, menyiratkan bahwa semua warga negara Indonesia itu, beragama.
Para pembaca paham, bahwa semua agama memerintahkan perbuatan baik. Serta melarang yang sebaliknya. Bila saja prinsip atau ketentuan tersebut dipatuhi, mestinya tidak ada kecurangan-kecurangan.
Nyatanya yang terbaca di media online dan televisi, hal seperti itu marak terjadi di negeri ini.
Menggenaskan, kecurangan itu tak lagi individual. Tetapi sudah berupa persekongkolan jahat, melibatkan banyak orang. Mafia.
Media sering menyebutnya sebagai kejahatan berjamaah, maksiat berjamaah.
Ironis, kata yang lazim digunakan untuk kegiatan beribadah secara bersama-sama, telah digunakan untuk menyatakan kejahatan.
Modusnya sudah banyak, mulai dari korupsi langsung, mark up biaya, pembuatan kebijakan yang menyalahi akal sehat dan kepentingan umum. Hingga kecurangan dalam pemilihan, penentuan atau kontestasi jabatan.
Fakta-fakta ini, memunculkan pertanyaan : Menuju Indonesia Emas, Adakah Bekal Kita ?
Kembali kita lihat dari perpektif atau sudut pandang yang mengacu pada "Ketuhanan Yang Maha Esa" , sila pertama dasar negara kita. Mestinya setiap generasi di-nafkahi dari sesuatu, yang diperoleh dari upaya yang tidak melanggar ketentuan agama.
Tidak boleh hidup dan dihidupi dari kecurangan. Harus halal, jika berharap keluarga tumbuh menjadi baik.
Hal-hal buruk, termasuk sumber nafkah haram tidak dapat menumbuhkan generasi yang baik. Demikian, agama mengajarkan.
Hanya generasi yang baiklah yang bisa menjadikan Indonesia Emas. Generasi jujur, cerdas dan tangguh. Amanah.
Terima kasih, Anda telah hidup jujur-adil dan layak jadi panutan.
***
Bumi Puspipta Asri, Selasa 28/02/2023 19:53:26
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H