Puisi  |  Catatan Malam Jumat
Soetiyastoko
Angin malam, buatku lena tertegun
saksikan-mu menari
diiring deburan ombak
menampari pantai
Temaram cahaya purnama
dan
kedip bintang
adalah resah-mu
yang kau bisikan
lewat kejang tubuh dan lenguh-mu
Aku hanya bisa diam
dalam riak tanya
menuntut jawab
"Bagaimana dulu bisa jatuh cinta pada-mu?"
Lapak tuak tak pernah
ditutup
meski tak ada lagi
arak untuk dijual
"Apakah maksud-nya?"
(bau amis dan alkohol dari tumpahan muntah, beterbangan lewat pintu tak berdaun, menyapa para lelaki pencari jati diri)
Kau selalu lincah
tuangkan arak
yang kau bilang
"Tak layak untuk lelaki sopan!"
Sementara menjadi
tidak sopan
jadi ukuran kejantanan
Jangan bilang,
tak beradab
Sebab takdirnya,
ombak menyiksa bibir pantai
Kucari uraiannya di dua bola mata-mu
penuh binar
telanjangi benak-ku