Puisi  |  Marah-Merah
Soetiyastoko
Marah,
benci,
dendam,
iri-dengki
tak pernah hadir
bersama
senyum.
Marah-merah, adalah
kekecewaan
ringan hingga berat
yang teringan
mulut terbungkam
Jika berat
dia
meledak
lewat mulut
Marah terberat
kadang
membuat
kaki dan tangan
ikut bertandang
hingga
tawuran dan perang
Saat kata-kata kalah
menghantam
(Padahal, katanya damai itu indah, kalian setuju-kah)
Hanya sabar
dan
ikhlas
yang biasa
menemani senyum, dipanggung kehidupan, disituasi apapun
Sabar dan ikhlas
kunci
kendali
sikap
untuk tetap bermartabat.
***
Bumi Puspiptek Asri, Senin 20 Juni 2022, sesaat cucu solehah-ku datang penuh senyum, berbaju merah !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H