Mohon tunggu...
Soetiyastoko
Soetiyastoko Mohon Tunggu... Penulis - ☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Marketer, motivator yang gemar menulis, menyanyi dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

[Edukasi] Cara Siapkan Anak agar Lebih Berpeluang Sukses

19 Juni 2022   17:36 Diperbarui: 23 Juli 2022   20:12 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

EDUKASI  |  Cara Siapkan Anak  Agar Lebih Berpeluang Sukses

Soetiyastoko

Telah banyak terjadi, anak yang hidup dalam pemanjaan yang berlebih, dia akan sulit untuk bisa berprestasi, juga dalam bersosialisasi dengan baik.

Dia terbiasa terpenuhi segala yang dikendaki. Terbiasa menuntut, tak belajar bagaimana mengelola penolakan dan rasa kecewa

Dia tidak memiliki keterampilan menyelesaikan konflik, baik dengan temannya, keluarga hingga tempat kerja.
Dia akan sering  lari dari masalah. Sebab di rumah dibiasakan menang, dibiasakan dipenuhi tuntutannya.

Padahal kemenangan dari seseorang itu adalah jika ia bisa mengelola semua kesulitan-kesulitan yang menghadang.

Di sisi lain, orang yang tangguh mental-nya kuat, mereka mampu menerima kekalahan, kegagalan. Tanpa menghentikan upaya-nya, untuk mencoba lagi.

Termasuk memperbaiki diri di banyak segi, pemicu keberhasilan. Dia sadar, bahwa tujuan yang hendak dicapai, mensyaratkan sekumpulan kualitas-kualitas.

Mulai dari sikap, jaringan pergaulan yang positif dan luas. Ilmu pengetahuan yang harus selalu disegarkan-updated. Ketrampilan yang harus terus diasah. People skill - daya mampu membina hubungan sosial yang baik.

Termasuk kemampuan/ketrampilan mengelola individu dan tim.

Anak-anak manja, bukan berarti tidak mempunyai potensi seperti di atas.

Baca juga: Edukasi | Skripsi

Namun, sikap manja yang terlanjur menjadi kesehariannya. Jadi penyulit untuk tumbuh lebih baik.

Mereka terlanjur terbiasa, langsung mendapatkan hasil.

Tidak terlatih melewati "koridor proses".

Anak tumbuh menjadi manja, bukan karena status sosial. Namun terbentuk, karena perlakuan yang tidak mendukung; tumbuhnya pribadi yang utuh. Pribadi yang bertanggung jawab atas diri-nya sendiri. Minim daya juang meningkatkan kapasitas diri.

Sikap manja, terbentuk dimulai saat Balita.

Hasil dari interaksi inten dengan ayah-ibu dan lingkungan terdekatnya yang lain. Mereka melewatkan pentingnya membentuk kepatuhan dan kemandirian. 

Pembiasaan-pembiasaan mengerjakan sendiri, hal-hal yang bersangkutan dengan dirinya. Dikenalkan pada aktivitas sehari-hari, termasuk belajar membantu Ibu di rumah.

Tentang hal di atas, akan diuraikan dalam tulisan tersendiri.

Terima kasih sudah membaca, semoga bermanfaat.

***

BPA - BSD, Minggu 19 Juni 2022 menjelang senja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun