Mohon tunggu...
Soetiyastoko
Soetiyastoko Mohon Tunggu... Penulis - ☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Marketer, motivator yang gemar menulis, menyanyi dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Sadar: Tak Patut Iri

10 Juni 2022   07:45 Diperbarui: 10 Juni 2022   08:07 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hanya penjerang air
ber-anak-kan
pelaut,
tanpa ijazah,
yang
bermodal
piawai menyambung lembaran besi

(itu-pun belajar sendiri, saat membantu tetangga,
sang pembuat keranda)

Dan ...

Kau, hebat, ...
begitu kuat
menekan iri

Saat melihat-mendengar
berita di televisi
tetangga

Siaran itu
heboh di-ulang-ulang
diberitakan:
tenggelam saat bersenang-senang
di jernihnya sungai

(Ada sama-nya, ada  beda-nya, antara anak-nya politisi hebat, dengan anak penjerang air. Ber-tungku tanah. Tak ada lantai semen, apalagi kilau keramik di istana-nya)

Dia sadar,
tak patut
iri
tak bisa ikut
mencari
mayit anak sendiri

***

Pagedangan -  BSD, Jumat 10 Juni 2022. Setiap yang bernafas, pasti akan mati. Hanya Dia yang tahu tempat, sebab dan tanggal-nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun