Pulangnya mampir ke dua panti. Panti jompo dan panti yatim piatu. Mengirim nasi kotak garang asem dan terik daging.
Yaa, selalu begitu. Berbagi adalah rekreasi yang dibiasakan Ayah dan Bunda.
Senang melihat anak-anak panti tersenyum. Di doa-kan para sepuh penghuni panti jompo. Terkadang doa-nya amat panjang dan berulang-ulang. Tak jarang, sambil memeluk-ku.
"Ingat cucu-ku, yang tak pernah datang" , katanya.
Ayah dan bunda biasanya mengusapkan saputangan kemata-nya, bila mendengar kalimat sejenis itu.
Mereka, sering menyebut, bahwa diantara rejeki-nya ada hak orang lain. Itu harus diserahkan kepada yang berhak
Ayahku juga selalu mengingatkan , kesenangan yang hebat itu, seharusnya adalah saat bisa "menyenangkan orang lain". Bisa membantu orang lain tersenyum bahagia. Meski hanya dengan sepotong kue.
Aku tidak pernah lupa, setiap memotong "kue tart hutan hitam", kami selalu mengundang anak yatim-piatu.
Jadi, tak salah, bila merindukan saat-saat seperti itu. Tapi, tak bisa kusangkal; lusa aku sama sekali tak ingin, HUT-ku dirayakan.
Aku takut dan malu, bila sampai ada yang bertanya kapan lulus, ... Atau yang lebih "halowen"; kapan nikah ?.
Tak terbayang akan seperti apa perasaan-ku, bila membaca dekorasi yang dibuat Ayah dan Bunda untuk-ku. Ada tulisan, bla bla bla ... ke ... Bagian itu adalah angka umur-ku.