Soetiyastoko
Puisi jadul sembunyikan makna
Yang tersirat katanya lebih indah
dibanding
yang tersurat
Mencari-cari
menduga-duga
menerka-terka
Adalah permainan untuk pembaca
Puisi seperti itu, lahir sendiri
di tempat terang
terkadang ditolong dukun
Sedangkan puisi kekinian tak harus ditulis di tempat terang.
Kala gulita pun jadi
Jaman sudah berubah
Puisi kekinian memang beda
Pesannya tersurat padat
Baris-baris-nya, makna telanjang
Tak perlu ditafsir-tafsirkan
tegas lugas
tanpa sembunyi
No tebeng
No aling-aling,
bahkan tanpa tirai
tak perlu kelambu
Merdeka dari penjajahan kasta
Bebas dari hirarki birokrasi dan protokoler
Jauh dari kekangan politik kekuasaan
Puisi masa kini
lepas dari kungkungan aturan
Puisi adalah kebebasan kata hati
Terkadang menjadi liar
tak terkendali
Puisi adalah pemantik api
Tak perlu ditakuti
Tapi waspada dan hati-hati
biar tetap bermanfaat, jangan sampai membakar diri
Ayo !
Tulis saja puisi-mu
dengan standar-mu sendiri
Tanpa patron
tanpa pola
tanpa aturan umum
Puisi-mu, yaa puisi-mu
Tak perlu persetujuan sesiapa
Tak perlu bertanya:
"Pak Redaktur, Bu Guru Bahasa, apakah tulisan-ku tergolong puisi ?"
Tak perlu persetujuan siapa-pun
Bila, kata-mu, baris-baris kalimat-mu adalah puisi
Maka
Itu adalah "puisi-mu"
Ayo, ...
Tuliskan puisi-mu
Pastikan, itu bukan hujatan dan pelecehan
karena puisi kekinian
sebelas-duabelas
dengan
doa
Jadi, jika dirimu pernah berdoa
pasti
bisa
menulis puisi
(Persis seperti tulisan-ku ini, sebuah pemicu keberanian, bagi yang masih ragu-ragu. Padahal kalian-lah calon penulis-penulis pembawa semangat baru!)
***
Catatan : Reformasi puisi adalah sebuah proses kelahiran
Di awali "pembukaan pengkondisian" lewat reformasi politik 1998"
Saat itu, baru terlihat ujung kepala-nya
Sedangkan lengkap terlahir di 2022, saat pandemi Covid 19 meng-ujung.
Persis seperti saat
kelahiran
diri-mu,
di-ujung ejanan terakhir,
Ibunda tercinta
***
Pagedangan di ujung hari senin 23 Mei 2022.
Senyap adalah awal kemeriahan semangat menulis-ku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H