Puisi  |  Balada Dokter Spesialis
Soetiyastoko
Kekasih, bukan aku tak cinta
kau-pun
sudah
kulamar
diantar keluarga-ku
menghadap mami-papi-mu
Kau-pun dengar,
beliau menyetujui
terekam dalam foto dan video profesional
Di-edit, diberi lagu dan narasi puitis, mengusap kalbu
(Tagihan biaya-nya, sepuluh bulan lagi, baru lunas. Kau pun tahu, itu karena acara lamaran mewah di resto luar biasa. Kuterpaksa ajukan kartu kredit ! Riba, yang dilarang agama-ku, demi memenuhi permintaan dan saran solusi biaya, kata ortu-mu.
Aku tak mau lagi seperti itu)
Kekasih, bukankah kau selama ini tak pernah ragu, betapa cinta-ku pada-mu
Kita sudah rancang
masa depan bersama,
susah-senang
selalu bergandeng tangan
Tapi,
maaf,
aku tak bisa penuhi
syarat papi-mami-mu:
pesta meriah
di
Ballroom-Ruang Dansa Hotel Indonesia
2000 undangan
dan
hiburan
biduan papan atas masa kini
Aku hanya dokter spesialis
baru praktek 2 tahun
belum banyak pasien
Kekasih,
maaf,
aku undur diri.
Saat ini yang kubutuhkan
seorang istri,
bukan recovery gengsi
orangtua-mu
(Gagal "nyaleg" di Pemilu kemarin dan hutang-nya di mana-mana, papi-mu sudah cerita jujur pada-ku)
***
Catatan kecil dari curhat, salah satu klien-ku di sebuah ibukota provinsi, semasa kerja di Farmasi. Lalu dia minta kubantu, dicarikan calon istri.
Lengkap dengan kriteria dari-nya. Dia yakin, cinta bisa tumbuh kemudian , bila kriterianya terpenuhi.
Ya yaa yaa, kukerjakan, bagian anomali upaya pemasaran Customer Service dan pertemanan.
Done !Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H