Puisi  |  Februari Bukan Kabisat
Jelita-ku,
lihatlah mata-ku
adakah yang berubah ?
Setelah
ribuan fajar
dan
ribuan senja,
kita lewati bersama
Aku tak tahu,
dimana kini
angin yang dulu
menyibak rambutmu,
saat pertama
ku-tertatap pandang-mu
yang
sejak itu
kita saling rindu berkuah mesra
Lalu
anak-anak kita
lahir dari rahim-mu
melesat ke masa depan
dari meja penghulu,
burai-kan haru disudut mata
Jelita-ku
cucu-cucu yang kupangku
lucu-ceria-nya, seperti kamu
kala duduk manja
di-paha-ku
Jelita-ku
mari kita ulangi adegan itu
dengan
gemetar  berbeda dari yang dulu
Alhamdulillah,
masih kuat
memangku dikau
di hari tandai lahirmu
(Jangan malu dan ragu seperti dulu, kutandai mesra dengan peluk serta kecup di dahi-mu)
Pada-mu,
di
februari bukan kabisat,
dua-dua,
tetap
membara
cinta-ku ...
***
Jalan mangga raya, be-pe-a, sektor tiga, hangatnya matahari menjulur lewat jendela kamar, mesra membelaiku. Sembilan hari lagi februari bukan kabisat berlalu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H