Puisi  | Lewat Bening Matamu
SoetiyastokoBunga-bunga kertas rimbun
dan
hijau daunnya
yang jarang,
tandai kemarau panjang
menuju puncaknyaMenjulur, rambati besi-besi
melintang membentuk atap,
aku dan kamu duduk disitu
ditaung kelopak bunga-bunga
oranye, ungu, putih dan merah
di pinggir pagar
sekolah kita
Kita saling janji,
saling sayang,
saling jaga
saling bahagiakan
dan
saling-saling kebaikan lainnyaMataku masuk kehatimu
lewat
bening matamu
dan
dikau pun begitu
Saat itu
aku belum berani genggam
jemarimu
kuingin kita tetap suci,
tak tersentuh hasrat
yang bisa saja
tiba-tiba
menjadi liar
tak
terkendali, ...Masa yang panjang
kita jalani bersama, dalam kasih
senyummu masih yang dulu
dengan catatan sejarah
berwujud kerut-kerutAda tanggal lahir anak kita
ada pelaminan pernikahan
mereka
ada mainan cucu-cucu
ada mesra pergumulan kitaEntah berapa seprei putih
penyerap pergumulan
keringat kita,
digelap malam,
di benderang siang,
menjadi usang
dan
kita buang, berjejak cintaKini tanganmu kaku
tak bisa raihku lagi
sebentar lagi dibungkus
digotong disholatkan
anak-cucu dan karib kitaAlhamdulillah
perjalananmu lancar
ditandai
tegaknya nisan
yang ditancapkanJanji setia telah kau tunaikan
Kekasih, cintaku
aku harus pulang
kerumah kita
untuk menapaki sepi
tanpa gurau
dan
sentuhanmu, ...Mulai Februari ini.
***
Pagedangan, Rabu 9 Februari 2022, HUT Cucu pertamaku, 3 tahun
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H