Anakku,
sebentar lagi,
kamu harus berangkat
berjalanlah terus ke depan
ke arah tujuanmu, ...
Bila kondisi haruskanmu
berbelok,
berbeloklah
Namun setelah itu
kembalilah ke arah tujuanmu
Kesetiaanmu pada tujuan
adalah keputusanmu,
rintangan dan halangan
adalah pelajaran
Membuatmu tangkas-tangguh
Ingat pesan leluhurmu,
adalah malapetaka
yang tak berkesudahan,
bila
rasa bahagia-mu,
kau gantungkan
pada keadaan sekitarmu, pada orang-orang,
pada benda-benda yang menurutmu; harus kau miliki.
Bila sikapmu
tentang
kebahagiaan-mu,
tergantung seperti itu. Dijamin,
kau tak akan pernah rasakan,
bahagia
hingga
azal menjemputmu.
Mestinya,
kebahagiaanmu
ditentukan
oleh sikapmu sendiri,
terhadap
apapun kondisi dan keadaan-mu sendiri.
Tidak tergantung
pada apapun,
karena kau sudah ikhlas, sudah ridho pada ketetapanNya.
Seraya
terus
semangat
berikhtiar,
menjemput
hal-hal baik dariNya.
Dengan cara-cara
yang
sudah ditetapkanNya.
Anakku,
sebut namaNya
Yang Maha Pengasih,
lagi Penyayang
dan
berangkatlah, ...
Kau kuat
seperti leluhurmu,
tidak lemah !
(Kuayun langkahku, seraya menepis ragu dan bibit rindu mulai geliat tumbuh. Aku berusaha kuat, untuk tidak menoleh ke ayah-ibu yang berdiri di depan gerbang pagar. Semoga tidak ada airmata yang mengotori ikhlasnya, melepasku)
Pagedangan-BSD jelang ashar, Senin, 22 Nopember 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H