Konsumsi adalah kegiatan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia atau masyarakat secara seimbang (maslahah) dan mencapai falah atau kebahagiaan. Sedangkan konsumsi ini dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah pendapatan yang diterima.
Tujuan utama dari syari'at islam yang juga merupakan tujuan ekonomi islam menurut As-Shatibi adalah mencapai kesejahteraan manusia yang terletak pada perlindungan terhadap lima ke-mashlahah-an, yaitu keimanan, ilmu, kehidupan, harta, dan kelangsungan keturunan. Dalam ekonomi islam keimanan merupakan pondasi perilaku individu dan masyarakat. Pemenuhan kebutuhan keimanan secara benar, akan mampu membentuk preferensi, sikap, keputusan, dan perilaku yang mengarah pada perwujudan mashlahah untuk mencapai falah.
Sedangkan jika pemenuhan kebutuhan itu didapatkan dari sesuatu yang tidak baik maka akan memebentuk preferensi, keputusan dan perilaku konsumsi yang kurang baik dan kurang tepat juga.
Dalam kajian politik Islam (Siyasatul Islamiyah) adalah memilih atau mengangkat seorang pemimpin adalah suatu kewajiban. Sebuah hadist menerangkan dimana diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda.
"Jika ada tiga orang bepergian, hendaknya mereka mengangkat salah seorang di antara mereka menjadi pemimpinnya."
Namun yang harus diingat adalah jangan sampai melakukan hal-hal yang tidak baik atau dilarang oleh syariat seperti Politik Uang. Di dalam Islam politik uang atau risywah hukumnya haram dan sangat dibenci Oleh Allah SWT.
Seseorang yang ketika dalam hal Pemilihan menggunakan politik uang itu sudah dipastikan bukanlah pemimpin yang baik, jangan kemudian kita terjebak dengan adat yang ada. Dimana politik uang sudah menjadi hal yang wajar. Padahal hal itu sudah dijelaskan hukumnya. Banyak yang berdalih yang sebenarnya salah namun dibenarkan itulah tipu daya setan. Seperti contoh ada yang mengatakan ini sebagai ongkos untuk jalan ke TPU, atau sekedar untuk uang beli Es ketika haus berjalan dari rumah ke TPU. Ada juga yang mengatakan ini hanya uang Cuma-Cuma karena sudah merupakan tradisi ketika pemilu berlangsung. Padahal kebenarannya adalah anda menerima bayaran untuk mendukung orang yang Dia adalah pemimpin yang tidak diharapkan Islam.
Islam dalam hal ini mengharapkan pemimpin yang beriman, bertakwa, dapat dipercaya, jujur, aspiratif memiliki kemampuan dalam memperjuangkan kepentingan umat.
Lalu bagaimana hukumnya menggunakan uang Haram. Bagaiman dampaknya terhadap tubuh kita ketika kita memakannya.
Â
Allah berfirman yang artinya
Makanlah sebagian yang baik-baik dari rezeki yang telah Kami anugerahkan kepadamu. Janganlah melampaui batas yang menyebabkan kemurkaan-Ku akan menimpamu. Siapa yang ditimpa kemurkaan-Ku, maka sungguh binasalah dia." (QS Taha ayat 81)
Dari ayat tersebut pun kita harusnya memahami bagaimana bahayanya ketika kita menggunakan uang politik itu untuk makan atau pemenuhan kebutuhan lainnya. Apalagi ketika menjadi makanan yang keluarga kita santap dan menjadi bagian dari tubuh kita (daging) dimana akan sulit sekali menghilangkannya. Hal tersebut pastinya akan memancing atau membawa kita kepada hal hal negatif.
Saya pun sering melihat ketika masa pemilu dari pemilihan Kades, Walkot, Gubernur, bahkan presiden ramai sekali orang-orang berjualan di depan TPU disana kita bisa melihat penjual makanan, baju, mainan anak dan banyak lagi. Seperti sedang ada Pasar dadakan. Uang yang didapat dari hasil Politik pun saya lihat digunakan untuk hal-hal yang kurang tepat, orang yang tidak tahu menahu soal kehalalan uang pemilu pasti dengan santainya menjajakan uang tersebut padahal sesungguhnya ketika kita menggunakan uang tersebut untuk makan suatu keniscayaan orang tersebut tidak akan merasakan kenyang. Lain halnya ketika kita mendapatkan uang dari jerih payah yang kita lakukan untuk mendapatkan uang yang halal. Kita akan lebih bijak dalam menggunakan uang tersebut.
Wallahualam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H