Mohon tunggu...
Suryo Waskito
Suryo Waskito Mohon Tunggu... Mahasiswa -

vvota

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sepenggal Cerita dari Negeri Van Oranje

13 Maret 2016   17:36 Diperbarui: 13 Maret 2016   17:48 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="bhektiayu.blogspot.sg"][/caption]Setelah awal tahun sempat menonton film 'Negeri Van Oranje' tiba-tiba muncul minat untuk kuliah ke Belanda. Entah kenapa suasana di sana sepertinya menyenangkan. Kota-kota di sana juga dibilang sangat bersih dan jauh dari kata kemancetan. Rasanya bisa kuliah di sana juga merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai setelah Negeri Sakura, Jepang.

Pada kesempatan kali ini saya beruntung bisa mengikuti seminar online tentang kuliah di luar negeri. Salah satu pembicara untuk materi tersebut tengah melanjutkan studi S2 di Wageningen University (WUR) Belanda. Namanya adalah Accestia Christy, atau akrab dipanggil Christy. Dia alumni Prodi Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 

Awal mula Christy berhasil melanjutkan kuliah ke luar negeri dengan beasiswa LPDP(Lembaga Pengelol Dana Pendidikan)  dari pemerintah Indonesia. LPDP adalah beasiswa penuh dari pemerintah Indonesia yang dikelola oleh 4 kementrian. Persyaratan dan proses seleksi beasiswa ini bisa dilihat di laman www.lpdp.depkeu.go.id

Sejak tengah menempuh pendidikan S1, Christy memang bercita-cita untuk bisa di Waginengen University dan Research Center (WUR) Belanda. Oleh sebab itu sejak tahun lalu dia berusaha untuk melengkapi berkas-berkas yang diperlukan. Christy juga menjelaskan rata-rata kampus di luar negeri (dimana bahasa pengantar perkuliahan menggunakan bahasa inggris) membutuhkan persyaratan sertifikat bahasa inggris (baik IELTS/TOEFL) yang menurutnya memakan waktu yang tidak instan.

Maka dari itu, setelah lulus kuliah Christy berinisiaif untuk mendaftar kursus intensif IELTS sebelum pelaksanaan tes IELTS. "Mengingat biaya tes tersebut tidak murah maka saya harus mempersiapkan hal itu sebaik mungkin",ungkapnya.

Christy juga mengingatkan untuk benar-benar mencari informasi tentang universitas yang akan dituju. "Hal ini dirasa sangat perlu karena untuk membantu kita untuk mengetahui biaya yang diperlukan untuk tingkat pendidikan selanjutnya. Misalnya kita akan menabung untuk mengikuti tes IELTS atau TOEFL," jelasnya. 

"Namun untuk yang mau melanjutkan studi, tidak ada kata terlambat untuk memulainya. Asalkan dipersiapkan dengan baik semua persyaratannya", tambah Christy.

Dari tahun ke tahun peminat test sertifikat IELTS semakin meningkat drastis seiring cukup banyaknya peluang untuk bisa mendapatkan beasiswa terutama dari luar negeri. Ternyata dia punya manajemen waktu sendiri untuk proses melamar beasiswa ke luar negeri. "Oleh karena itu untuk mendaftar tes IELTS sebaiknya dari 3 bulan sebelum tes karena untuk mendaftar tes tersebut hanya ada di periode tertentu saja, tidak setiap minggu atau bulan ada. Dan kuota untuk bisa mengikuti IELTS pun juga terbatas", ungkapnya.

Jadi pada bulan februari dia mempersiapkan tes untuk mengikutinya di bulan maret dan mendaptkan hasil yang sama pada bulan itu juga. Setelah dinyatakan lulus dalam tes IELTS, barulah Christy melengkapi persyaratan yang diminta oleh Universitas dan akhirnya berhasil mendapatkan LoA (Letter of Acceptance). Setelah itu proses selanjutnya Christy mendaftar beasiswa LPDP pada bulan april dan mendapatkan pengumuman di bulan Juni.

"Singkat cerita saya berada di Belanda pada 24 Agustus dan memulai perkuliahan pada bulan sepetember", kata Christy. mengenai kehidupan perkuliahan dan kampus, Christy akan dengan senang hati share info tersebut.

  • Kehidupan Kampus

Berbeda dengan system pendidikan di Indonesia yang menggunakan sistem semester, di WUR menggunakan sistem periode yang satu tahunnya ada 6 periode. "Jadi rata-rata 1 periode ada 2 bulan. Masa kuliah saya adalah 2 tahun yang dibagi menjadi tahun pertama untuk penyampaian materi dan ujian. Untuk tahun kedua digunakan untuk mengerjakan thesis dan magang", jelas Christy.

Sistem periode ini terbilang sangat padat menuntut mahasiswa aktif dan proaktif dalam belajar meskipun di luar jam perkuliahan. "Jadi sdah tidak heran lagi melihat mahasiswa berada di perpustakaan meskipun hari sudah malam", katanya.

Sebelum masa ujian berlangsung ada masa minggu tenang. Biasanya semua dosen sudah selesai dan akan datang masa-masa perpustakaan penuh sesak melebihi mall. "Sebenarnya belajar di mana saja sama.Tapi jika belajar di perpustakaan menjadi tempat yang nyaman jika tidak bisa belajar di kamar seperti saya", ungkapnya.

Kalau di Belanda akan familiar dengan kata re-exam. Atau jika di Indonesia seperti ujian ulang atau remidi. Re-exam di WUR berlangsung pada bulan februari dan agustus. "Saya juga pernah re-exam. Dan kalau re-exam itu bukanlah sesuatu yang memalukan. Itu artinya kita ingin lebih mendalami materi lagi dan bukan berarti kita tidak belajar sebelum ujian di mulai", ungkap Christy.

Untuk semua materi perkuliahan yang diberikan dosen akan dipublikasikan di blackcoard. Termasuk kegiatan pengiriman tugas kelompok/individu dan pengumuman-pengumuman lainnya. "Jadi nggak ada jarkom dari tingkat dan kita yang hrus mandiri mebuka blackboard tersebut", terangnya.

"Di sini saya memilih course yang ternyata mahasiswa itu berasal dari berbagai jurusan. Jadi nggak cuma food-food an aja. Jadi seru juga bisa bertukar pikiran dengan mereka dan belajar perspektif yang berbeda,"kata Christy. Di WUR sendiri jumlah mahasiwa internasional lebih banyak daripada mahasiwa Belanda.

  • Kehidupan Luar Kampus 

Tingga di Belanda harus berani berteman dengan cuaca yang tidak menentu. Jadi selalu sediakan payung ataupun jas hujan bila perlu pakailah jaket di musim dingin. "Sekarang di sini sudah spring tapi kadang-kadang turun salju dan suhunya bisa mencapai -3 derajat", jelas Christy.

Punya sepeda saat kuliah di Belanda merupakan suatu keharusan. "karena kalau di Wageningen, kita kuliah di geudng-gedung yang berbeda dan gempor kalau jalan kaki", canda Christy.

Di Belanda terbilang sangat mudah mencari masakan ataupun bumbu-bumbu khas Indonesia. "Contohnya di apartemen depan apartmen saya jual indom*e, kerupuk terasi, bawang goreng nasi goreng dan lain-lain. Kalau mau cari benda-benda ajaib di seperti teh botol, pete, jengkol dan kawan-kawannya bisa dicari di toko Asia," tutur Christy

Dengan berbagai macam mahasiswa dari negera di belahan dunia, maka semakin banyak pula budaya yang akan dilihat ketika kuliah di sana. "Kesempatan juga bisa belajar mengenal budaya orang lain. Di sini ada juga tim tari saman dan angklung dari Perhimpunan Pelajar Indonesia Wageningen yang sering diundang di acara-acara kampus dan mendapat respon yang luar biasa", jelas Christy.

Jumlah mahasiswa Indonesia di Belanda sangat banyak dan otomatis menjadi bagian dari Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Belanda. PPI Belanda merupakan perhimpunan pelajar tertua di dunia. PPI Belanda adalah perhimpunan pelajar yang didirikan pada tahun 1192 di kota Leiden. Terbentuknya PPI ini bertujuan untuk Menyuarakan aspirasi, sinergisitas potensi dan memberikan advokasi bagi anggotanya. 

Belanda juga merupakan salah satu tujuan dengan mahasiswa Indonesia terbanyak. Jadi meskipun berada di ribuan kilometer dari Indoensia, kita serasa berada di kampung halaman sendiri untuk terus melanjutkan pendidikan. Untuk mengetahui tentang PPI Be;anda bisa di cek di http://ppibelanda.org

Sebenarnya melanjutkan studi bisa kemana saja karena perguruan tinggi di Indonesia juga tidak kalau bagus. Christy berpendapat kalau ada kelebihan tersendiri jika kita bisa kuliah ke luar negeri. 

  1. "Kemampuan bahasa asing meningkat. Hal ini sudah pasti karena setiap hari harus berkomunikasi dengan bahasa yang digunakan sebagai pengatar perkuliahan. Jika kamu belajar di Belanda yang dominan kurang bagus dalam bahasa inggris, maka adalah sebuah kesempatan bisa memperlajari bahasa baru meskipun percakapan bahasa yang sehari-hari sering diucapkan." 
  2. "Mental sudah pasti teruji. Bayangkan kamu harus berjuang untuk bertahan meskipun jauh dari rumah, kangen dengan keluarga dan beradaptasi dengan cuaca yang berbeda dari Indonesia dan masih banyak lagi. Belum lagi harus bergelut dengan tugas kuliah dan ujian yang menggunung."
  3. "Teman-teman dari seluruh dunia. Dimana pun berada pasti akan merasa nyaman jika berada dengan sesama orang Indoensia. Tapi jangan lupa menambah teman dan jaringan seluas-luasnya dengan orang di berbagai dunia. Keuntungan yang lain adalah kalau kita jalan-jalan ke negera orang lain bisa irit akomodasi karena bisa numpang tinggal di rumah teman sekaligus dapat tour guide gratis."
  4. "Jadi jago masak. Bakalan jadi istri/suami yang baik karena jago masak berhubung di Belanda tidak ada tukang bakso, ie ayam, cireng dan lain-lain. Mau nggak mau harus masaka sendiri dan tentunya bakal lebih hemat juga sehat".
  5. "Travelling. Jangan jadikan ini sebagai motivasi utama jika ingin melanjutkan ke luar negeri karena beban perkuliahan di sini sangat berat. Perlu mental yang cukup setelah selesai sampai disini perkuliahan S2 terasa sangat berat. Jalan-jalan ke negara lain merupakan bonus, yang paling penting luruskan niat untuk mendapatkan ilmu setinggi-tingginya sesuai dengan passion yang kita senangi". 

Sekian seminar online yang telah disampaikan oleh pemateri dari mahasiswa S2 Wegeningen University. 

Sumber Gambar: dari sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun