Mohon tunggu...
Surya Aditya
Surya Aditya Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis

Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kebijakan Pemerintah yang Gak Penting-Penting Amat tapi demi "Kepentingan Bersama"

10 April 2021   13:00 Diperbarui: 10 April 2021   14:08 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebijakan mengenai larangan mudik mulai bergulir kembali mendekat bulan Ramadhan tahun 2021 ini. Kebijakan ini sama seperti dengan kebijakan tahun 2020 sebelumnya karena terdapat masalah mengenai adanya pandemi COVID-19 yang belum kunjung usai sampai tahun ini. Setiap kurun waktu tertentu siapapun penguasanya pasti terdapat kebijakan yang dikeluarkan, dan pasti terdapat masukan dan kritik. Larangan mudik ini berlaku pada transportasi publik yang ada pada kendali pemerintah, contohnya adalah kereta api, pesawat terbang garuda yang merupakan angkutan umum yang dijalankan oleh pemerintah. Setiap waktu mudik mau pulang ke kampung halaman ataupun maupun ziarah pasti akan dilarang dengan adanya kebijakan dari pemerintah. 

Bung Moko menceritakan tentang pengalamannya mudik dan ziarah. Tidak mungkin dilarang oleh pemerintah untuk alasan bepergian semisal ziarah atau lebaran karena itu merupakan tradisi. Menurutnya tidak bisa dilarang dengan kaidah hukum, kecuali dilarang dengan fatwa dan sebagainya. Menutup jalan umum adalah melanggar hak publik, bagaimana jika sebaliknya rakyat menutup aliran pajak yang seharusnya disetor kepada pemerintah. Hal itu tetap tidak bisa. “Pemerintah secara bijaksana mengeluarkan peraturan tidak sepenuhnya untuk dipatuhi.” Peraturan itu serius atau bisa basa-basi saja. "Jangankan aturan seperti itu saja. Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi rakyat miskin dan terlantar dilindungi oleh negara. Penanggung jawab UUD itu siapa? Kalau bukan pemerintah, tapi tidak sepenuhnya dilaksanakan. Pemilik kekuasaan seharusnya memikirkan hal tersebut. Karena pemerintah juga manusia biasa. Pemerintah juga melanggar aturan yang mereka bikin sendiri. Melarang tradisi mudik dan ziarah adalah hal yang bertentangan dengan tradisi yang ada." kata beliau dalam acara Live Streaming Rabu Malam 7 April 2021 kemarin.

Peraturan larangan mudik ini sebenarnya juga banyak kelonggaran dan hanya basa-basi saja. Terdapat keanehan ketika pemerintah melarang adanya kerumunan di masyarakat, sementara untuk artis ketika melakukan acara resepsi mengundang kerumunan dan justru pemerintah hadir merayakan seperti mengikuti acara kenegaraan. Menurut Bung Moko adalah sesuatu yang menjijikkan. Karena tidak ada sangkut pautnya dengan kepentingan negara. Berbeda dengan adanya rakyat yang mengadakan acara yang mengakibatkan keramaian, malah diadili dan dihukum. Hal ini seperti menunjukkan adanya sok berkuasa dari pemerintah. Adanya cari muka penguasa di depan artis. Sebuah hal yang lucu menurut Bung Moko. 

Terdapat keanehan ketika pemerintah melarang adanya kerumunan di masyarakat, sementara untuk artis ketika melakukan acara resepsi mengundang kerumunan dan justru pemerintah hadir merayakan seperti mengikuti acara kenegaraan. Menurut Bung Moko adalah sesuatu yang menjijikkan

Bung Moko mengatakan memang tidak suka dengan golongan radikal sebelah, dan justru membela teman-temannya yang  sedang berkuasa, karena merupakan kewajiban kita untuk selalu mendukung pemerintah yang sah. Mendukung dengan berbagai macam cara. Ada yang mendukung dengan menyumbang, ada yang mendukung dengan kritik, dan sebagainya. Termasuk Bung Moko yang membela penguasa dengan cara mengkritik dengan baik dan benar. Naiknya penguasa karena didukung oleh rakyat kecil, bukan oleh artis. Makanya penguasa harus membela kembali kepentingan rakyat. Terjadinya standar ganda pada pemerintah karena terdapat ketidakberpihakan terhadap beberapa golongan yang memang tidak disukai. Hal ini adalah sesuatu yang abu-abu menurutnya. 

Beberapa peserta Kajian Trending terdapat Dian Aisyiah, Marfuah, Nurul Imania, dan Anggun Kumala Sari
Beberapa peserta Kajian Trending terdapat Dian Aisyiah, Marfuah, Nurul Imania, dan Anggun Kumala Sari

Dian sebagai peserta Live Streaming memberi tambahan dan tanggapan mengenai larangan mudik ini. " Menjadi pertanyaan kenapa mudik dilarang kembali, sementara saat ini Indonesia sudah melakukan vaksinasi, padahal banyak acara besar yang syaratnya melakukan yang namanya vaksinasi terlebih dahulu, harus menyertakan surat vaksin. Vaksin itu bisa melindungi kita dari Corona. Padahal jika mudik itu dilarang, tidak hanya merugikan secara materiil dan ekonomi saja, tetapi berdampak pada psikis masyarakat juga. Fungsi vaksin itu untuk apa sih, jika vaksin itu bisa melindungi kita, dan kita sudah divaksin, berarti bisa ikut mudik, kondisi sekarang ini kita sudah bisa lihat banyak terjadinya wisata ke mana saja, bisa dilihat banyak tempat wisata dibuka."

Kemudian Bung Moko menjawab bahwa "Pada intinya namanya vaksinasi ini dipertanyakan apakah bisa melindungi kita dari virus corona ini. Tidak, kita tidak terlindungi, tetapi cuma meningkatkan daya tahan tubuh terhadap virus. Tetapi hal ini belum selesai. Vaksinasi belum diketahui apakah tubuh kita bisa bertahan lagi terhadap virus ini. Vaksinasi ini cuma permainan saja. Tetapi vaksinasi ini adalah sebuah ikhtiar sebagai usaha kita untuk melindungi diri kita. Pembelian vaksinasi ini adalah sebuah hal yang penting daripada vaksinasi itu sendiri. Terdapat kepentingan di baliknya."

"Belum ada jurnal sahih bagaimana vaksin terutama sinovac ini efektif menurutnya. Tapi ikhtiar itu penting. Ikhtiar dengan vaksinasi itu cuma satu-satunya jalan saja. Untuk masalah keberhasilan antara vaksin itu tidak jelas, sementara jamu yang dikonsumsi masyarakat juga tidak jelas juga. Terdapat permasalahan dalam campur tangan permainan kepentingan. Karena jika rakyat yang membuat jamu akan dipermasalahkan sebagai alternatif obat." kata Bung Moko.

Kedaulatan kita di bidang kesehatan kita masih 0 (nol). Inti membicarakan pandemi dan vaksin ini adalah masalah kedaulatan bidang kesehatan kita. Semua vaksin itu impor, dan paracetamol sebagai obat generic juga impor. Hampir 100% dunia kesehatan itu impor, karena kita tidak berdaulat dalam bidang kesehatan. Begitu kita menghadapi pandemi, kita langsung kelabakan. 

"Negara sudah baik pada pemerintahan sekarang, berbeda dengan zaman pemerintahan sebelumnya di mana ketika kita sakit, maka kita akan menghabiskan banyak uang untuk melakukan penyembuhan dan perawatan bahkan sampai dengan menjual semua aset kita. Zaman sekarang bahkan telat membayar BPJS akan tetap dilayani, semua sudah ditanggung negara. Total 74 triliun sudah dibeli vaksin. Terdapat permainan dalam pembelian vaksin impor yang dilakukan oleh pemerintah. Terdapat banyak alasan yang diberitakan mengenai kendala mengenai pembuatan dan pembelian vaksin dari luar negeri. Karena dokter bukan merupakan pedagang. Dokter tidak memiliki obat, karena dokter adalah pengguna akhir. Ujung-ujungnya nanti adalah ke pendidikan kita, yaitu pendidikan kedokteran kita. Karena pendidikan medis kedokteran kita tidak berasal dari akar tradisi bumi nusantara kita. Berbeda dengan kedokteran cina, entah itu benar atau salah, ilmu kedokteran cina ini berbeda dengan tradisi kedokteran barat. Karena terdapat perbedaan latar belakang menyebabkan terjadinya kesalahpahaman. Sementara di sini ahli medis tradisional kita disebut dengan dukun, dan dukun ini malah disalahkan dan dihukum. Dukun ini tidak diayomi, tetapi malah dimusuhi, karena dokter membawa misi, sehingga musuh utama adalah jamu. Jamu adalah pertahanan terakhir yang harus dilawan. Jamu adalah musuh. Jamu harus sesuai saran dokter, tetapi dokter tidak memakai jamu. Begitulah contoh membunuh tradisi jamu. Terdapat metodologi berbeda. " ujar Bung Moko.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun