Angka itu bisa berasal dari gaji saat ini atau pengeluaran saat ini. Misalnya, kamu menargetkan pendapatan pasif bisa Rp10 juta per bulan. Artinya, jika nanti sudah pensiun, kamu harus punya dana sekitar Rp3 miliar.
Kenapa bisa keluar angka segitu? soalnya, jika dana Rp3 miliar sudah terkumpul, kamu bisa menempatkannya di instrumen rendah risiko seperti deposito atau SBN yang bisa dianggap kuponnya 5 persen.
Dari 5 persen itu, kamu bisa mendapatkan pendapatan pasif Rp12,5 juta per bulan.
Setelah itu, kamu bisa mengatur mau menyiapkan dana pensiun di aset apa? deposito, SBN, reksa dana, saham atau crypto. Penentuan aset juga menentukan berapa lama kamu bisa mencapai target dana tersebut ya.
Misalkan mau di crypto, kamu juga harus tentukan mau crypto apa? Bitcoin atau big altcoin, atau middle altcoin? Saran saya sih pilih BItcoin atau Ethereum yang besar. Nanti, sedikit-sedikit bisa diversifikasi ke Polkadot, BNB, Cardano, maupun Solana.
Nabung Investasi Rutin
Jika target sudah ada, langkah selanjutnya adalah disiplin menabung setiap bulan. Jika dalam rencana kamu siapkan Rp1 juta per bulan. Berarti harus rutin nabung Rp1 juta per bulan.Â
Hal itu dilakukan agar kamu bisa cepat mencapai tujuan dana pensiunmu.Â
Atur Waktu Nabung Saat Posisi Harga Rendah
Kalau yang ini rada-rada menantang sih, soalnya kamu harus bisa menganalisis best price membeli setiap bulan. Lalu, jika nunggu harga di posisi terbaik, kadang uangnya malah jadi terpakai untuk hal lain. Untuk itu, harus benar-benar diperhitungkan risikonya jika menggunakan strategi ini ya.
Optimalkan Aset Crypto dengan Fitur Earn maupun Staking
Dengan begitu, kamu tidak hanya mendapatkan keuntungan dari sisi capital gain crypto saja, tetapi juga dari sisi pendapatan pasif yang diterima dalam periode tertentu.Â
Artinya, jalan untuk menuju target uangmu bisa dibantu dengan pendapatan pasif dari crypto tersebut.Â
Nah, itu empat cara agar kamu bisa menggunakan crypto sebagai aset untuk dana pensiun. Siap mencoba?