Mohon tunggu...
Iwan Soeprajogie
Iwan Soeprajogie Mohon Tunggu... -

berpikir jernih untuk mendapatkan suatu gagasan cemerlang dan tindakan gemilang,,bertumpu pada pluralisme...

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Kupu-kupu Bersayap Bening

30 November 2010   09:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:10 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disuatu siang pada sebuah lahan kosong yang ditumbuhi oleh alang-alang liar terlihat seorang gadis kecil bermain sendiri, “Bening” namanya, umurnya sekitar 3 tahun, tubuhnya yang tak terlalu besar dan kulitnya yang putih menjadikan ia sangat cantik untuk gadis kecil seumuranya. Saat bermain ia biasa membawa bilah yang ujungnya diberi plastik, itu alat yang biasa ia gunakan untuk menangkap kupu-kupu. sandal jepit berwarna merah selalu ia kenakan, tapi saat mulai masuk lahan itu ia selalu mencopot sandalnya, ia lebih senang beralaskan telapak kakinya sendiri saat bermain. ia sangat senang sekali bermain dengan kupu-kupu, ia sudah terbiasa bermain sendiri, ia terlihat tetap riang walaupun tak ada teman yang menemaninya bermain. Mungkin kupu-kupu sudah menjadi teman bermain yang setia disetiap harinya. Sesampainya di tempat itu ia segera berlari mendekat pada kupu-kupu yang berterbangan diatas alang-alang liar, tawa riang selalu keluar dari mulutnya saat ia mulai memasuki dunianya, yaitu sebuah tempat yang bisa memberi kebahagiaan tersendiri  untuknya. Dia biasa berlarian seakan tak mengenal rasa lelah. mungkin seandainya dia besar dan ditanya, “apa kamu tidak lelah?, sampai kapan kamu akan berlari?,,pasti dia akan menjawab, “aku tidak akan pernah lelah berlari sampai lelah itu lelah mengejarku, dan aku akan berlari dan terus berlari hingga ada pada saatnya aku lelah nanti”.

Sesekali  tubuhnya hilang tertutup oleh rimbunya alang-alang yang tumbuh di sebuah lahan kosong itu. Terkadang tanganya ia ayunkan meniru kepakan sayap kupu-kupu, langkahnya berlari mengikuti kemana arah kupu-kupu terbang dan terkadang dia berhenti hanya untuk mengelap keringat  yang membasahi dahi dan rambut yang terurai menutupi wajahnya. Dia terlihat sangat senang tak ada raut kelelahan apalagi kesedihan di wajahnya. Tak peduli panas yang membakar kulitnya yang putih, tak peduli debu yang berterbangan mengotori tubuhnya semua itu seakan ia acuhkan demi mengejar teman-teman kecilnya (kupu-kupu) yang ingin ia tangkap. Tapi terkadang juga ia mengerutkan dahinya dan bibirnya menggumam kesakitan saat ia terjatuh, ya,,,semua itu wajar karna setiap kali terjatuh meski akan sakit rasanya, tapi saat itu hanya sebentar ia  hanya mengeluh dan sejenak berdiri untuk membersihkan siku dan bahunya setelah itu ia kembali berlari. Ia senang bermain dengan kupu-kupu sampai ia lupa akan waktu.

“Bening…”, suara seorang wanita memanggilnya. Mendengar suara itu ia berhenti dan berlari mendekat wanita itu. “ibuuuuuu…”, jawabnya riang. ya,,wanita yang berkaca mata itu ibunya, wajah dan warna kulitnya sangat mirip dengan Bening, dia terlihat ibu yang baik dan penuh kasih sayang. “Ayo pulang sayang, hari sudah sore”,, “tapi bu,,Bening masih mau bermain dengan kupu-kupu”, rengeknya manja. “iya besok lagi ya?,,Bening kan sudah capek,,lagi pula si kupu-kupu juga sudah capek dari tadi kejar-kejaran terus sama Bening,,tuh kupu-kupunya mau istirahat”, terang ibunya kepada anaknya. “Apa kupu-kupu juga bisa capek kaya bening ya bu?, tanya Bening polos, “ya,,iya”sahut ibunya bingung menjawab pertanyaan polos bening, “dah yuk, kasih salam dulu sama si kupu, “daah kupu,,besok bermain lagi ya?”, kata Bening kepada teman-teman kecilnya. Bening dan ibunya beranjak pulang dari lahan kosong yang ditumbuhi alang-alang dan diisi oleh banyak kupu-kupu yang berterbangan diatasnya. Sesaat kupu-kupu pun mulai pergi dari tempat itu, seakan mereka tahu bahwa temannya sudah pulang. langit mulai gelap, suasana berubah menjadi sepi, tak ada lagi gelak tawa seorang gadis kecil, tak terdengar lagi suara hentakan langkah kecil yang berlari semua itu berganti dengan suara serangga-serangga malam yang mulai berkeluaran dari tanah lahan kosong itu. Saat-saat seperti itu aku hanya ingin esok akan segera datang, agar aku bisa melihat gadis kecil itu berlari lagi. Gerakannya membuatku rindu, cerianya ingin selalu kulihat,,dan aku senang mengamatinya…

Esok hari tlah datang, saat yang aku nantikan tiba. Dari kejauhan kumelihat gadis kecil itu berjalan. Hari itu ia mengenakan kaos berwarna kuning muda sama persis dengan warna teman-teman kecilnya, tapi ia tak membawa bilah yang biasa ia gunakanya untuk menangkap kupu-kupu. Ia menggenggam kantong plastik yang berisikan banyak kupu-kupu, mungkin itu semua kupu-kupu yang di tangkap oleh ayahnya dan ia pelihara dirumahnya. Sesampainya tempatnya bermain, ia melepas semua kupu-kupu yang ada dikantong plastik itu, tawa kecilnya terlihat ketika ia melihat kupu-kupu mulai keluar dari kantong plastik itu dan mulai terbang membaur bersama kupu-kupu lainya yang sudah berterbangan di atas alang-alang liar. Siang itu ia terlihat lain, ia tak seperti biasanya. sesaat setelah ia melepas kupu-kupu ia memandang kearahku, sepertinya ia tahu kalau aku selalu mengamatinya setiap ia bermain. tanpa rasa takut ia datang menghampiriku walaupun ia tak mengenaliku. baru kali ini ada anak seumuranya yang berani mendekat padaku, padahal biasanya anak seumuranya bila melihatku langsung berlari ketakukan sembari berkata, “orang gila”, tapi ia tidak. ia berjalan perlahan menghampiriku. ia berjalan perlahan mendekati sebuah rumah yang tak berpenghuni di seberang lahan kosong tempatnya bermain. itu tempatku, aku biasa berteduh diteras rumah itu. “Mau tolongin bening ngga?”, ia bertanya padaku, aku tersenyum dan menjawab “tolongin apa?”, lalu ia sodorkan kantong plastik yang masih berisi sebuah kupu-kupu. “tolongin bening, merawat kupu-kupu ini soalnya ia ngga bisa terbang kaya teman-teman lainya”, “lho kenapa?”, tanyaku pelan, “ngga tau, mungkin lagi sakit”, jawab polos gadis kecil itu. “iya mau”, lalu ia kasih kantong plastik yang masih berisi sebuah kupu-kupu itu padaku. “tolong dijaga sampai bisa terbang ya???terima kasih ya…”, senyum manis terlihat di pipinya dan dengan mata yang terpejam saat ia tersenyum. Setelah itu ia segera beranjak pergi dari tempatku, ia langsung pulang. Melihat hal demikian aku kecewa, karna ia tidak seperti biasanya tidak bermain di lahan kosong itu. Langkahnya terlihat sama seperti kupu-kupu yang sedang terbang menjauh. Aku masih berharap esok ia kan datang kembali bermain dan kan kuberikan kupu-kupu ini lagi padanya saat ia datang nanti.

Hari demi hari pun berlalu, sudah seminggu semenjak saat itu aku tak lagi melihat gadis kecil itu. Hatiku murung sudah lama aku tak bisa melihatnya. Aku beranjak dari teras tempatku tinggal dan berjalan menuju lahan kosong tempat ia biasa bermain, tapi tak kulihat ia berada disana. Seorang ibu penjual nasi didekat tempatku tinggal (ia biasa memberi makan untukku bila ada sisa lebih), berkata, “yang kamu cari tidak ada, anak kecil yang sering bermain itu masuk rumah sakit sejak seminggu lalu”, kata ibu itu sembari menyapu halaman tempatnya berdagang. mendengar hal itu aku sangat terpukul, karna gadis kecil yang selalu aku nanti ternyata sakit. aku lalu kembali ke teras dan duduk lesu, mengingatnya membuatku lemah, dan aku selalu berharap bisa melihatnya kembali…

Hingga pada suatu pagi, tak seperti biasanya sudah banyak kupu-kupu yang  berterbangan di atas alang-alang, semilir angin pagi kala itu menggerakan alang-alang , seakan mereka kedatangan seorang teman yang biasa bermain bersama mereka. Melihat hal itu aku langsung berdiri dan menuju lahan kosong itu, tapi tak kulihat ia berada di sana. Suasana saat itu terasa lain, kupu-kupu seakan riang berterbangan seperti saat ada gadis kecil itu, aku bias merasakan suasana saat gadis kecil itu bermain disini!!. Selang berapa waktu aku melihat sekumpulan orang berjalan menuju sebuah temat pemakaman umum, di antara sekumpulan orang itu aku melihat wanita yang sering memanggil Bening terlihat menangis. Terlihat laki-laki yang sepertinya suaminya menuntun jalanya, raut kesedihan jelas terlihat diwajahnya dan sesaat setelah mereka berlalu, kupu-kupu pun menghilang dari atas alang-alang,,mereka seperti sudah tahu bahwa gadis kecil yang sering bermain bersamanya telah pergi…

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun