Mohon tunggu...
Ade'Yukie Soentanie
Ade'Yukie Soentanie Mohon Tunggu... pengarang -

pengarang novel Jalan Takdir, Nol Ketemu Satu. aktivis Himpunan mahasiswa Islam (HmI). kontak: 082193429719 email: Soentanie@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Dibudayakan Guru Dan Dibungkam Murid

23 November 2015   01:46 Diperbarui: 23 November 2015   01:46 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Besok saya akan berhadapan dengan ujian nasional. Dan saya sudah belajar dengan giat agar bisa mengisi lembaran jawaban dengan benar. Kalau saya sudah mengisi lembaran jawaban dengan benar, tentu 100% saya akan di luluskan sekolah. Tapi kalau saya tidak dapat mengisi lembaran jawaban dengan benar, saya akan menangis darah. Sekolah tidak akan meluluskan saya. Bagaimana nanti nasib saya selanjutnya? Mungkin saya akan menjadi sampah di muka bumi ini. Sebab saya tidak punya gelar apa-apa. Galau, risau, menyelimuti diri saya malam ini. Saya ketakutan, kalau misalnya nanti saya tidak lulus ujian. Bagaimana nanti hidup saya? Bagaimana nanti dengan kedua orang tua saya? Saudara-saudara saya dikampung? Mereka akan di tertawakan oleh tetangga, dan orang-orang di kampung akan memandang saya dengan sebelah mata.

Dan ketakutan saya tiba-tiba hilang. Malam itu teman saya datang ke rumah. Dia membawa kabar dari surga. Katanya kepada saya, kalau dia mendapatkan kunci jawaban untuk ujian besok nanti. Saya sangat gembira sekali. Tak lama kemudian teman saya ini mengeluarkan selembar kertas dari dalam tasnya. Dan memerintah saya untuk segera mencatat dengan cepat dan teliti. Jangan sampai salah mencatat jawaban dalam kertas teman sayaini. tak ada lagi pikir panjang. Saya kemudian mencatat kunci jawaban dari teman saya itu dengan tenang. Selesai saya mencatat kunci jawaban itu. Teman saya ini mengajak saya pergi ke rumah teman-teman saya lagi. Untuk membagi-bagi kunci jawaban yang dia dapatkan itu. Saya dengan semangat mau ikut bersamanya.

Saya dan teman saya ini keluar-masuk rumah teman-teman saya. Dan teman-teman saya ini sangat senang dan bahagia. Mereka kemudian mencatat kunci jawaban seperti saya. Setelah semua teman-temansaya kebagian kunci jawaban yang dari teman saya itu. teman saya mengantar saya pulang ke kosan saya. Sampai di kosan saya. Teman saya langsung balik kerumahnya. Dia tak lagi singgah beberapa menit untuk minum kopi atau air putih. Saya kembali masuk ke kamar dan beristirahat dengan hati yang tenang.

Esok paginya saya bangun dan mandi lalu berangkat ke sekolah untuk melaksanakan ujian nasional. Sampai di sekolah,saya melihat teman-teman saya sedang sibuk belajar. Saya tertawa dan mengejek mereka. Kata saya kepada teman-teman saya: Belajar yang rajin ya… Nanti dikelas jangan lupa lihat jawaban juga. Dan saya yakin apa yang di pelajari teman-teman saya pagi ini, tidak akan di keluar di ujian nanti. Kalau tidak melihat kunci jawaban semalam yang saya dan teman saya bagi-bagikan. Lah, yang buat soal-kan bukan sekolah. Kalau yang buat soal itu sekolah saya. 100% sayayakin mata pelajaran yang diberikan oleh guru-guru saya akan di jadikan soal ujian. Dan saya dan teman-teman saya tidak akan melihat kunci jawaban lagi. Saya dan teman-teman saya akan giat belajar. Yang buat soal-kan orang-orang dari pusat. Apakah mereka tahu kalau saya dan teman-teman saya di sekolah sini belajar pelajaran ini-itu? Aneh bukan? Guru-guru di sekolah mengajarkan ini-itu. Sedangkan soal yang keluar waktu ujian nanti bukan ini-itu. Tidak ada nyambungnya sama sekali dengan apa yang di ajarkan oleh guru-guru di sekolah.Aneh… Tapi Nyata!

Waktu sudah berada di kelas.Teman-teman saya ini sibuk menyembunyikan kunci jawaban yang semalam itu. kalau saya, kunci jawabannya, saya simpan di balik kartu ujian saya. Saya buat sekecil mungkin, dan bisa di muat di balik kartu ujian saya. Tak lama kemudian datang pengawas ujian dengan pak polisi. Wah! Saya dan teman-teman saya ujian di awasi oleh beberapa orang pak polisi. Saya dan teman-teman saya sangat berhati-hati dalam mengintip kunci jawaban semalam itu. kalau tidak hati-hati bisa bahaya. Bahanya nanti, kalau kedapatan melihat kunci jawaban, nama baik sekolah akan hancur…!!! Tetapi seketat apapun penjagaan dalam ujian nasional. Saya dan teman-teman saya dapat melihat kunci jawaban dengan baik.

Siang itu, setelah selesai ujian. Saya dan teman saya ini memanggil teman-teman saya yang lain untuk kumpul sebentar di kelas. Teman saya ini yang tadi malam datang kepada saya dengan membawa kunci jawaban, memberitahu kalau kunci jawaban itu dia dapat dari guru saya dan teman-teman saya. Saya terkejut waktu teman saya ini mengatakan halitu. dan saya hanya menggeleng-geleng kepala saya.

*

Malam ini saya tidak lagi belajar atau membuka buku catatan pelajaran. Sedikitpun saya tidak menyentuh. Saya hanya membaringkan tubuh di atas kasur sambil menelepon kekasih saya. Pikir saya, nanti juga ada yang datang membawa kunci jawaban. Dan itu benar,berselang beberapa jam, kemudian datang SMS dari teman saya. Begini isi SMS-nya:

            1.a 2.b 3.a 4.c 5.b

            6.a 7.d 8.d 9.c 10.a

            11.d 12.c 13.b 14.a

            ….. Lengkap sampai jawaban terakhir.

Kemudian menutup telepon saya dengan pacar saya. Lalu saya mencatat kembali di selembar kertas yang paling kecil. Seperti yang sebelumnya…

Tiba-tiba datang teman saya kekosan. Dia meminta kunci jawaban. Saya langsung memberinya tanpa ada rasa pelit sedikitpun dalam jiwa saya. Teman saya ini mencatat kunci jawaban itu yang masih ada dalam ponsel saya, kotak masuk. Teman saya ini tanya kepada saya,darimana kunci jawaban ini. saya kemudian SMS teman saya yang mengirimkan saya kunci jawaban tersebut. Dan balasannya; ini dari pak guru kita yang mengajar pelajar besok yang di ujian-kan. Saya dan teman saya sudah tahu siapa guru yang mengajari kita mata pelajaran Matematika. Dan tak lama kemudian masuk lagi pesan dari teman saya: jangan cerita-cerita kepada teman-teman yang lain, kalau kunci jawaban ini dari guru Matematika kita. Siap! Saya membalas SMS teman saya itu.

Kembali lagi saya dan teman-teman saya masuk dalam kelas, mengikuti ujian nasional. Dan ujian kali ini, pengawasnya sangat baik. Dia mengatakan kepada semua siswa dan siswi untuk menyontek. Katanya; hati-hati… Jangan sampai kedapatan menyontek. Dan saya dan teman-teman saya tidak ada lagi membaca soal ujian nasional. Semuanya langsung mengeluarkan selembar kunci jawaban dan mengisi lembaran jawaban dengan tenang dan hati-hati. Luar binasa… Dan sampai hari teakhir ujian nasional. Saya dan teman-teman saya masih tetap diberikan kunci jawaban.

*

Dan saya kira hanya saya dan teman-teman saya yang mendapatkan keberuntungan. Ternyata setiap tahun adik-adik kelas saya yang sudah duduk di bangku kelas tiga SMA mengalami hal yang sama seperti apa yang saya dan teman-teman saya rasakan. Adik-adik kelas saya juga diberikan kunci jawaban saat ujian nasional. Adik-adik kelas saya di bantu oleh guru-guru dalam ujian nasional. Sungguh baik guru-guru saya di sekolah saya. Dan ternyata selama ini tidak ada yang tahu dan berani menceritakan kepada siapapun. Baik kepada kedua orang tua, pak menteri, dan pak polisi yang berjaga saat ujian. Ah! Ternyata selama ini guru-guru dan murid membungkam semua kebohongan dalam ujian nasional. Dan ternyata guru-guru masih saja membudayakannya…

            Apakah ini yang dinamakan pendidikan?

            Apakah ini yang dinamakan seorang guru?

            Apakah ini yang dinamakan kebaikan?

            Apakah ini yang akan menjadikan pendidikan lebih baik?

            Apakah ini yang kedua orang tua dirumah inginkan?

            Apakah ini yang di inginkan oleh cita-cita bangsa Indonesia?

            Siapa yang harus belajar jujur? Murid ataukah guru?

 

                        __01 Agustus 2015, subuh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun