Mohon tunggu...
Ade'Yukie Soentanie
Ade'Yukie Soentanie Mohon Tunggu... pengarang -

pengarang novel Jalan Takdir, Nol Ketemu Satu. aktivis Himpunan mahasiswa Islam (HmI). kontak: 082193429719 email: Soentanie@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

2 DsD

5 September 2014   07:51 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:34 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan manusia sejati

Jika ia hanya bisa diam menatap Langit,

Dan berkhayal..............

Malam yang indah bulan begitu sempurna bersinar di angkasa yang luas. Elpy diam berucap kata dalam hati. Lambat sang waktu berganti. Masa lalu tak akan pernah berulang kembali lagi. Jutaan mimpi dan angan kecil belum di gapainya. Tapi kematian sudah nampak di depan matanya, sudah terasa dari jauh-jauh hari. Walau pun masih abstrak melambaikan tangan untuk Elpy.

“Kali ini tidak ada yang namanya kematian.” Tegas Elpy dalam hati yang dalam.

Elpy tak akan diam seperti patung dan boneka mainan anak kecil. Mungkin ini terakhir kalinya Elpy akan berarti lalu itu mati.

Kemarin dan juga lalu Elpy masih bercumbu dengan udara segara dan bebas. Bermain dan bercanda bersama teman, kawan dan saudara-saudaranya juga orang tuanya yang tercinta. Tapi kali ini lain lagi, Elpy hanya bisa menatap langit-langit kamar yang penuh dengan coretan tangan yang tak hanya berbaris indah namun juga mempunyai arti dan makna. Terbaring di atas tempat tidur tak berdaya, diam membisu tanpa kata yang bisa di lakukannya. Seorang wanita yang selama ini menemaninya hanya bisa menangis melihat anaknya yang terbaring tak berdaya apa-apa. Yang hanya mampu membuka mata tanpa kata.

Sore itu hujan turun membasahi bumi sampai menciptakan banjir. Tiga buah rumah roboh, jalan-jalan penuh dengan air yang sudah bercampur lumpur. Elpy hanya diam terbaring diatas tempat tidur seperti mayat. Tak bisa membantu Ibunya yang sibuk mengurus peralatan rumah yang sebagiannya sudah dibawa pergi oleh banjir. Hujan pun berhenti dengan seketika tanpa pamit, ketinggian air pun perlahan-lahan berkurang. Sebagian penduduk sudah mengungsi di kampung sebelah. Harta benda di dalam rumah tak lagi di pikirkan mereka, yang terpenting selamat.

Keesokan harinya Elpy dibawa ke rumah sakit, untuk menjalani perawatan yang lebih baik. Ibunya telah menjual harta satu-satunya mereka. Rumah yang di bangun Ayahnya dengan hasil keringat buru tani, demi kesehatan Elpy. Dengan keterpaksaan Ibunya menjualnya. Dan Elpy pun mendapatkan perawatan yang lebih baik dari rumah sakit dengan biaya yang mahal. Pagi pukul 08:05 Elpy sudah bisa bercakap-cakap dengan Ibunya. Tawa dan canda yang sudah setahun hilang kini terlukis lagi. Tapi penyakit yang di deritanya belum bisa dijamin kesembuhannya karena biaya yang tak sanggup mereka bayarkan. Sore harinya Elpy meninggalkan rumah sakit. Rumah mereka telah terjual Ibunya membawa pulang Elpy ke rumah temannya sewaktu SMA. Elpy dan Ibunya tidak bertahan lama di rumah temannya. Mereka mencari kontrakan setelah membanting tulang mencari uang siang dan malam.

Dua bulan kemudian penyakit Elpy datang kembali lagi tanpa salam dan pamit. Elpy hanya bisa terbaring tak berdaya, diam tanpa kata. Ibunya hanya bisa menangis dan menangis. Tapi ada yang berbeda kali ini, Tangisannya tak seperti kemarin saat lelaki yang di cintainya pergi menghadap Sang Esa. Elpy sepertinya ingin bangkit dari pembaringannya saat melihat Ibunya yang terus menerus bersedih dan menangis, mungkin tak tega lagi melihat mata Ibunya semakin membengkak karena banyakkya airmata yang ia teteskan. Elpy ingin bangun dan menahan air mata mulia dan suci itu yang keluar dari lubang mata Ibunya yang sudah membasahi pipi halus tak terluka.

Tak ada seorang pun yang bisa melukis dan mentafsirkan ketulusan dan kemurnian cinta seorang Ibu kepada sang anak sampai saat ini. Cinta dan manja tak ada habisnya Ibunya berikan kepada Elpy, anak satu-satunya diberikan Tuhan untuknya. Padahal Elpy juga pernah melakukan beberapa kali kesalasan. Sama seperti Adam, yangmelanggarperintah Tuhan di Taman Firdaus. Dan Elpy yang setiap hari selalu melanggar aturan-aturan yang dibuat Ibunya tercinta, melawan, suka membantah dan tak pernah turut dengan perintah Ibunya. Tetapi Ibunya tidak pernah membencinya, memarahinya apa lagi ingin mengutuknya.

Air mata suci dan murni terus berjatuhan basahi wajah yang halus tak terluka. Tubuh yang tadi hanya diam tak bergerak kini bergetar. Entah darimana datangnya kekuatan dan membuat seluruh tubuh Elpy bergerak walaupun belum dapat berucap kata.

Kini tangisan sang Ibu tercinta bercampur dengan ribuan bahagia dan syukur yang tak pernah terhenti diucapkannya dari mulutnya juga hatinya. Tangisan dan air mata yang suci itu tiba-tiba terhenti dan hilang entah kemana perginya.

Seminggu kemudian Elpy pun dapat berjalan seperti lalu. Tapi tak ada yang tahu kalau hidupnya tinggal menghitung hari. Jalan memang tak selamanya lurus. Ada yang berkelok dan ada juga yang mendaki lalu sampai dan jatuh lagi karena lemah. Dan hidup tak selamanya manis seperti air tebu. Wanita yang selalu setia berdiam disampingnya, temaninya dan menjaganya setiap waktu berganti. Kini terbaring tak berdaya seperti Elpy kemarin yang hanya bisa menatap langit-langit kamar.

Hari silih berganti. Bulan dan matahari terus hadir di malam kelam dan di siang yang panas membakar. Hari sudah larut malam dimana seluruh manusia telah terlelap dalam tidur mereka dengan mimpi-mimpi indah yang hanya sesaat lalu hilang entah kemana larinya. Tapi ada juga yang masih mencari makan, masih ada yang menahan lapar, masih ada yang menjual diri, semua itu karena uang, uang dan uang, agar bisa bertahan hidup yang juga tak terarah. Banyak warna yang tergambar di dunia malam saat mimpi mulai menari. Pemerintah yang gelisah diatas tempat tidur yang empuk karena masih banyak hutang yang belum dibayarnya juga masih banyak uang yang belum di korupsi, masih memikirkan strategi untuk menipu rakyat yang bodoh. Pelacur yang sibuk sana-sini mencari lelaki hidung belang untuk bersetubuh dengannya agar bisa mendapatkan uang yang banyak. Kekasih yang juga gelisah ditinggal pergi pujaan hatinya. Orang tua yang gelisa memikirkan anak-anaknya yang ingin bersekolah. Intelektual yang memikirkan rakyat jelata yang tak pernah didengar teriakannya di jalan-jalan, koran-koran dan buku-buku. Sarjana muda yang takut tidak bekerja, dan rakyat yang tertindas yang lagi sibuk membongkar sampah sana-sini.

Elpy terbangun dari tidurnya, matanya menatap jam yang terpajang di dinding kamar. Arah jarum jam menunjukan pukul 02 : 45. Elpy pun bangkit dari tidurnya dan berjalan menuju sebuah kalender yang terletak diatas meja belajarnya.Setelah menggambil kalender itu kemudian kembali lagi diatas tempat tidur. Duduk bersila sambil menatap angka-angka di dalam kalender yang ada di genggamannya,jari-jarinya kaku dengan mata yang masih mengantuk, Elpy terus menatap angka-angka tanggal.

Tanggal 22 Januari dimana tangisan seorang anak kecil yang pertama kali melihat dunia dan menangis. Mungkin saat itu ia menangis karena bahagia atau mungkin ia kecewa dan benar-benar menyesal bersalaman dengan dunia. Ia menangis karena melihat penghuni dunia yang masih bercumbu dengan kebodohan dunia. Dan kedua orang tuanya pun memberikan ia nama Cerry Caplling.

Kemudian Elpy mengembalikan kalender yang di genggamnya di letaknya diatas meja belajarnya lagi, lalu membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur sejenak. Dan bangkit kembali mengambil sehelai kertas putih dan pena di dalam tasnya. Kemudian Elpy perlahanmenggoreskan mata pena di dalam kertas putih yang tak bernoda itu. Jarum jam terus berputar dari angka satu ke angka yang lainnya. Suara Ayam tak henti memecah sunyi, mungkin mereka bahagia karena tak lama lagi sinar yang mentari akan datang atau mungkin mereka sedih karena fajar telah pergi bersama embun pagi yang sudah menetes habis dari daun ke tanah.

Pagi pun tiba dengan sang mentari yang gersang. Disambut baik oleh dedaunan yang sebagian bermahkota embun pagi yang murni dan suci. Ibunya sudah bangun saat azan subuh di kumandankan. Elpy masih tertidur, dia nampak kelelahan. Tiba-tiba Ibunya masuk ke dalam kamar lalu membelai rambut Elpy dengan tangannya yang halus tak terluka.

“Elpy bangun nak, udah pagi nih...” Ucap Ibunya sesekali sambil membelai rambut Elpy.

Elpy pun bangun lalu duduk di samping Ibunya sambil memeluk dan mencium pipi kanan Ibunya.

“Ibu tahu nggak? Hari ini tuh ulang tahunnya Cerry Caplling.” Kata Elpy lalu tersenyum.

“Ah, masa sih. Kok, Ibu sampai lupa ya. Sama ulang tahunya Cerry Caplling.”

“ Iyaa...Bu. Elpy seriuss..”

“Ya, udah kalau gitu kamu cepat sana mandi, kita pergi kerumahnya Cerry Caplling.Ee......ee kamu udah punya kado untuk Cerry Caplling?”

“Udah beres kok Bu. Itu dalam laci lemariku. Nanti Ibu yang kasih yaaa?

“Oke. Ibu tunggu di ruang tamu ya.

“Iya...

Elpy dan Ibunya pun pergi kerumah Cerry Caplling. Setelah berjam-jamdalam perjalanan, akhirnya sampai juga di rumah Cerry Caplling. Dan tak lama lagi pesta ulang tahun itu akan berakhir. Elpy dengan langkah yang cepat masuk ke dalam rumah itu. Matanya liar menatap semua arah, mungkin sedang mencari Cerry Caplling. Setelah bertemu dengan Cerry Caplling, Elpy tak lagi basa-basi. Ucapan selamat ulang tahunkepada Cerry Caplling di lontarkannya. Lama sudah mereka tak jumpa sejak Elpy sakit-sakitan. Pelukan erat sangat nampak dan terasa. Terlukis jelas dan nyata kerinduan dua jiwa yang dalam.

Cerry Caplling adalah wanita yang terindah kedua dalam hidup Elpy. Walaupun Cerry Caplling telah memberikan satu ginjalnya kepada Elpy. Tetapi Elpy selalu menomor satukan Ibunya di dalam kehidupannya.

Senyum bahagia nampak di raut wajah Cerry Caplling saat melihat Elpy datang dengan tawa dan sejuta cinta. Cerry Caplling merasa semua ini hanya mimpi bukankenyataan tetapi Elpy terus berusaha menyakinkan Cerry Caplling dengan pelukan mesra dan cumbu berkali-kali di pipi kiri dan kananya yang halus tak tergores luka apa pun. Sepuluh menit berlalu tiba-tiba Elpy terjatuh. Kemudian tak lagi bergerak, Cerry Capllingmemaksa Elpy untuk bangun. Tapi, Elpy hanya diam tanpa gerak dan tak dapat berucap kata sedikit pun.

Lalu Elpy pun dibawa ke rumah sakit terdekat. Mobil melaju dengan kecepatan tinggi. Namun nampaknya Tuhan berkata lain. Tak sama seperti ucapan yang terukir indah dalam nalar Cerry Caplling dan Ibu Elpy bersama keluarga besar Cerry Caplling. Tangisan dan air mata menjadi nyanyian dalam ruang yang hampa dan membosankan itu.

Ibu Elpy melangkah mendekati Cerry Caplling lalu memeluknya membelai rambutnya dan memberikan Cerry Caplling sebuah kado dari Elpy. Ayah dan Ibu Cerry Caplling hanya bisa bersedih dalam diam saat melihat anaknya telah banjir oleh air mata kesetian dan ketulusan.

“Nak, ini kado untukmu dari Elpy.” Ucap Ibu Elpy saat memberikan kado kepada Cerry Caplling.

“Makasih Bu.” Kata Cerry Caplling pelan dan ramah lalu menggambil sebuah kado dari tangan Ibu Elpy. Kemudian membukanya.Ada sebuah boneka yang sangat lucu bersama sehelai kertas putih dengan goresan tinta pena bersambung indah. Cerry Caplling dengan lekas membaca tulisan tangan yang ada dalam kertas putih itu:

Hello..........manisku......

Selamatulang tahun yaa..........

Sebelum-nya aku ingin ucapkan kata maaf, karena aku tidak memberikan kabar untukmu tentang keadaanku selama ini. Sebenarnya aku sudah sembuh dua minggu yang lalu tapi aku sengaja tidak ingin memberitahu semua ini kepadamu. Kemarin aku memenangkan lomba melukis, hadiahnya untuk sang juara tidak terlalu besar. Tapi aku bahagia bisa memberikan kamu boneka kesukaan kamu yang dulu pernah kamu tunjuk di dalam sebuah toko saat aku dan kamu berbelanja. Maaf ya… waktu itu aku belum punya uang. Jadi, aku tidak bisa membelikanmu. Maaf yaa….

Maafkan aku yaa manisku..........

Jujur yah, aku sangat bahagia bisa mengenalmu, mencintaimu, dan bisa bersamamu setiap waktu. Tapi kali ini aku harus pergi manisku. Dadah……

“My love for you................”

Kepergianku bukan karena aku ingin lari dari cintamu atau ingin menghianati cinta suci dan murnimu yang telah kau berikan kepadaku selama ini. Tapi kepergianku kali ini: adalahtujuan kita semua. Sebagaimana yang telah ditetapkan dalam kitab suci Al-Qur’an. Aku berharap kau lebih dewasa lagi untuk menterjemahkan kepergianku ini, kasih……….

Aku mencintaimu. Akubahagia bisa membagi cintaku denganmu, aku bahagia bisa membagi tawa bersamamu, bercerita dan bernyanyi untukmu, aku bahagia selalu……...Kasih, aku rindu kamu, saat kamu berucap kata sayang ditelingaku. Kasih……kamu tahu pelukan hangatmu masih hangat, senyuman manismu masih terbayang juga cumbumu masih terasa sampai kubawa mati.

“Aku mencintaimu...........”

Aku tak melarang kamu untuk mencari kekasih yang lain, karena aku bukanlah kamu dan begitu juga kamu. Kita memiliki perasaan dan pemikiran yang berbeda. Tapi, aku masih tetap mencintaimu. Jika aku berada dalam surga dan Tuhan menyuruh aku memilih bidadari- bidadari surga yang cantik jelita, aku akan tetap memilih kamu. Tapi, semua itu rahasia Tuhan. Aku hanya bisa berharap dan beroda agar kita masih bertemu di dalam surga nanti. Jika kita di takdirkan masuk ke dalam surga-Nya, tetapi jika aku dan kamu ditakdirkan masuk ke dalam neraka aku akan melindungimu dari api neraka. Kamu masih ingatkan dengan lirik lagu ini, lagu 2 dsd, iya! lagu Peterpan.?

Ku menatap langit yang tenang

Dan takan menangisi malam

Tuk, tetap berdiri, kumelawan hari

Ku akan berarti. Kutakan mati

Mungkin masaku telah berlalu

Mungkinhatiku tak berbentuk lagi

Rasa ini takan terobati

Tetapi mati. Takan mengobati

Ku menatap langit yang tenang

Dan takan menangisi malam

Tuk tetap berdiri, kumelawan hari

Ku akan berarti. Kutakan mati

Kamu pastitahu, kenapa aku menulis lirik lagu ini. Aku ingin kamu jangan pernah lupakan lirik lagu ini karena lirik lagu ini adalah rumus kehidupan kita berdua yang pernah kita rangkum bersama. Saat kita dalam menggapai mimpi. Saat lelah datang menyapahkita. Saat lelah ingin membuntuhkan cinta kita dan ingin memisahkan cinta kita. Saat lelah ingin menggoda kita, membawa kita dalam alam kebodohan dan kemalasan.

Kasih, bernyanyilah dan terus tersenyum. Pahamilah kembali rumus kehidupan kita. Aku telah membuktikanya. Dan semuanya berhasil, janganlah bersendihpilu, mereka-mereka yang lapar di jalanan sana tidak merindukan kesedihanmu, karena mereka memiliki sebuah kesedihan yang lebih dasyat lagi dari kesedihanmu. Mereka hanya membutuhkan tawa dan bahagia. Hapuslah air matamu yang telah membasahi pipimu yang tak terluka itu. Bangunlah dari kesedihanmu, jika kamu benar-benar mencintaiku buktikanlah cintamu lewat mereka yang lapar tertindas haus dan korup.

“Kasih, diam dalam ketertindasan ialah mayat hidup. Dan bersenang-senang dalam ketertindasan ialah orang munafik.”

Selamat tinggal manisku………….

Salam manis

Elpy kasih dan cintamu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun