Manusia unggul itu dilahirkan atau diciptakan? Manusia unggul itu yang bagaimana? Mengapa tak ada tokoh nasional lagi yang berasal dari Minangkabau? Mengapa Indonesia jeblok terus di Asian Games?
Pertanyaan-pertanyaanbiasa. Pertanyaan-peranyaan yang jarang naik ke tingkat diskusi yang lebihserius. Kalau toh dicoba disikapi dengan lebih ilmiah, jatuh-jatuhnya paling banter hanyalah sebuah makalah. Jika beruntung, makalah itu akan disimpan diperpustakaan dunia internet, kalau sedang malang ya disimpan saja di gudang.
Kitaharus akui bahwa bangsa kita terbiasa dengan komunikasi verbal. Ajaran-ajarantentang kehidupan disampaikan secara lisan. Tetapi ajaib, dengan cara itulahmereka menjadi arif. Kearifan yang menjadi keunggulan. Keunggulan yangtercerahkan.
Mambangkik batang tarandam
Denganpenuh penghormatan tulisan ini saya beri judul dengan Bahasa Minang. Sejak abad18 masyarakat Minang adalah contoh masyarakat madani yang memegang teguh Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah (Adat bersendi Agama). Hingga pascaproklamasi bisa kita saksikan tokoh-tokoh nasional dari ranah minang ini.
OrangJawa selama ini dikenal sebagai survivor. Hal itu tidak terlepas dari beberapa pakem orang jawa yang bagi suku lain dianggap aneh. Ojo dumeh (jangan sombong), ojo kagetan (jangan kagetan) dan ojo gumunan (jangan mudah heran) adalah sedikit dari pakem jawa yang membuat suku ini bisa sangat gampang berbaur dengan suku lain. Ojo nggege mongso, jangan keburu-buru, contoh lain sikap wong jowo, yang justru dapat menempatkan mereka menjadi pemimpin.
Torang SamuaBasudara adalah kearifan lokal masyarakat Sulawesi Utara, yang hampir dikenal di seluruhIndonesia. Ciri yang paling menonjol di dalamnya adalah keterbukaan. Hal ini dapat dilihat dari sikap saling menghargai, tolong-menolong atau saling membantu. Torang samua basudara, kong baku-baku bae, dan baku-baku sayang (kita semua bersaudara,antara yang satu dengan yang lainnya, hiduplah dalam keadaan baik dan saling menyayangi) merupakan pesan moral yang sangat mulia untuk hidup rukun dandamai. Mapalus, bentuk gotong royong orang Minahasa, adalah bentuk nyata dari pola hidup terbuka, sebagai akar dari penghargaan terhadap perbedaan.
Soalpenghormatan kepada lingkungan sepertinya orang Batak susah ditandingi sampai hadirnya para misionaris. Sejak awal suku Batak akan memanfaatkan tanah dan tetumbuhan secukupnya dan memperlakukan tanah dan air dengan penuh hormat.
Soal kejujuran kita bisa belajar dengan Orang Baduy atau Orang Samin.
Semua tempat di Indonsia mempunyai kearian lokal sendiri. Kearifan yang membentukkualitas manusia. Membentuk ciri khas. Membentuk kebinekaan.
Lalu?
Kembali dengan pertanyaan-pertanyan di atas. Untuk menjadi pribadi yang unggul selayaknyalah kita bangkitkan lagi mutiara-mutiara kehidupan yang bertebaran di tanah air. Kalau kita menjadi pribadi yang unggul dan tercerahkan, dunia ada di genggaman kita. Kita bisa menjadi juara apa saja. Kita bisa menjadi apa saja. Mudah-mudahan.
Manusia unggul itu diciptakan. Alam dan seisinya berperan besar dalam penciptaan ini. Bahkan sejak masih di kandungan. Tentu saja semua itu atas ijin Sang Maha Pencipta.
---
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H