Satu tahun menjelang Pemilu 2024, partai-partai politik peserta Pemilu semakin sibuk melakukan aktifitas konsolidasi dan manuver-manuver politik untuk mempersiapkan diri menghadapi ajang pesta demokrasi lima tahunan tersebut.
Aktifitas-aktifitas politik yang dilakukan oleh parpol melalui tokoh dan kadernya masing-masing tersebut muaranya adalah bertujuan untuk tebar pesona alias pencitraan demi menarik simpati masyarakat (pemilih) agar mau memilih parpol dimaksud dalam ajang Pemilu dan Pilpres 2024 mendatang.
Nah, dalam rangka tebar pesona serta menarik perhatian masyarakat pemilih untuk memilih partai tertentu dalam Pemilu dan Pilpres 2024 tersebut, ada satu medium yang gencar dimanfaatkan oleh parpol karena dinilai sangat efektif untuk membranding parpol dan tokoh-tokoh elitnya dalam upaya mendongkrak elektabilitas mereka. Medium dimaksud yakni media massa dan media sosial lainnya.
Dengan aktif menyebarkan informasi dan aktifitas -aktifitas positif tentang kegiatan parpol dan tokoh-tokoh elitnya (meskipun kadang aktifitas politik tersebut terkesan sengaja di-setting), diyakini ampuh untuk mengerek elektabilitas parpol.
Sebagai contoh, saat ini hampir seluruh kegiatan yang dilakukan oleh partai politik semisal Rapimnas, Rakernas atau harlah partai politik mereka akan berlomba-lomba untuk mengundang sebanyak mungkin wartawan dari berbagai media untuk meliput kegiatan yang mereka lakukan. Bahkan tak tanggung-tanggung sampai ada media televisi yang berani menyiarkan secara langsung alias live kegiatan yang dilakukan oleh partai politik tersebut.
Dilevel tokoh elit politik khususnya pimpinan partai politik, hampir semuanya kini mereka berlomba-lomba untuk mempublikasikan aktifitas politik kegiatan keseharian mereka melalui platform media sosial dan pemberitaan daring.
Bagi partai politik dan tokoh-tokoh elitnya saat ini, tidak penting apa makna dari kegiatan politik yang mereka lakukan, yang terpenting adalah bagaimana menjaga agar mereka tetap bisa terus eksis disorot oleh kamera media massa.
Penulis menyebut strategi politik yang dilakukan oleh partai politik untuk mendongkrak elektabilitas mereka melalui pemanfaatan medium media massa dan media sosial ini dengan istilah politik tebar pesona alias politik pencitraan.
Salah satu aktifitas politik yang bisa digolongkan sebagai bentuk  "politik tebar pesona alias politik pencitraan" sebagaimana dimaksud diatas adalah aktifitas pertemuan -pertemuan politik yang dilakukan oleh antar pimpinan partai politik belum lama ini.
Kegiatan saling kunjung mengunjungi yang dilakukan oleh antar pimpinan parpol tidak lebih hanyalah sebuah "silaturahmi politik" biasa semata yang bisa jadi tidak mengandung makna esensial sama sekali dalam politik.
Lebih jauh dari itu, aktifitas politik saling berbalas kunjung mengunjungi tersebut hanyalah merupakan sebuah strategi politik agar pertai mereka, wabil khusus kedua tokoh politik yang bertemu, tetap mendapatkan perhatian dan simpati dari media massa. Ujung-ujungnya jelas, apalagi kalau bukan pemberitaan yang nampak bombamtis dari media massa.
Dengan segera, media massa khususnya televisi, entah apakah karena ada pesanan atau memang murni inisiatif mereka sendiri, mereka akan mengadakan semacam dialog atau talk show dengan mengundang beberapa pengamat politik untuk meramal makna dari pertemuan kedua tokoh politik tersebut.
Perdebatan antar pengamat pun kadang tak terelakkan. Padahal bisa jadi, kedua tokoh politik yang bertemu tadi hanya sarapan dan ngopi bareng sambil say hello ha ha, hi hi tanpa membicarakan perihal politik sama sekali.
Yah, tapi itulah realitas yang umum terjadi ditahun politik seperti sekarang ini. Setiap aktifitas apapun yang dilakukan oleh para elit-elit partai politik memang sangat menarik untuk diamati dan diperbincangkan. Dan selanjutnya masyarakat termasuk didalamnya media massa, bebas untuk menafsirkan sendiri apa makna dibalik aktifitas tersebut, meskipun sangat mungkin aktifitas para elit partai politik tersebut sebenarnya  tidak memiliki makna secara politis sama sekali.
Tidak salah kiranya, diera keterbukaan informasi seperti saat ini, siapa yang bisa memegang "media" maka ia akan menguasai dunia. Itulah mengapa bagaimanapun caranya, para politisi akan selalu mencari sensasi untuk bisa sesering mungkin disorot oleh media.
Jadi kesimpulannya, tidak semua aktifitas politik yang dilakukan oleh para elit-elit parpol itu selalu bermakna politis. Ada kalanya mereka hanya sekedar kongkow-kongkow dan say hello saja. Untuk itu jangan terlalu ditanggapi serius ya, hehe
Pematang Gadung, 22 Februari 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H