Mohon tunggu...
Sultoni
Sultoni Mohon Tunggu... Freelancer - Pengamat Politik dan Kebijakan Publik AMATIRAN yang Suka Bola dan Traveling

Penulis lepas yang memiliki ketertarikan pada isu-isu sosial politik, kebijakan publik, bola dan traveling

Selanjutnya

Tutup

Bola

Tiga Alasan Mengapa Erick Thohir Layak Jadi Ketua Umum PSSI

19 Januari 2023   00:52 Diperbarui: 19 Januari 2023   01:03 672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Erick Thohir saat masih menjadi presiden Inter Milan pada tahun 2013-2018. Foto : sport.detik.com

Bursa pendaftaran bakal calon Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) yang merupakan induk organisasi sepakbola di Indonesia untuk periode 2023-2027 telah resmi ditutup pada Senin, 16 Januari 2023 kemaren.

Dikutip dari laman Instagram resmi PSSI, ada lima orang bakal calon ketua umum PSSI periode 2023-2027 yang ikut mendaftar kepada panitia atau yang disebut Komite Pemilihan (KP) kongres luar biasa PSSI 2023.

Kelima tokoh yang mendaftar sebagai bakal calon ketua umum PSSI periode 2023-2027 tersebut yakni  Ketua DPD-RI La Nyalla Mattalitti, Menteri BUMN Erick Thohir, CEO Bandung Premier League Doni Setiabudi, CEO Nine Sport Arif Putra Wicaksono dan Politikus Partai Gerindra, Fary Djemy Francis.

Pemilihan Ketua Umum PSSI periode 2023-2027 sendiri dijadwalkan akan dilaksanakan pada kongres luar biasa PSSI yang akan digelar pada tanggal 16 Februari 2023 mendatang.

Dari lima nama bakal calon ketua umum PSSI diatas, yang paling menarik dan layak untuk menduduki jabatan sebagai ketua umum PSSI periode 2023-2027 menurut hemat penulis adalah nama Menteri BUMN, Erick Thohir.

Setidaknya ada tiga alasan kenapa nama Erick Thohir penulis anggap merupakan sosok yang paling layak menjadi ketua umum PSSI menggantikan Mochamad Iriawan alias Iwan Bule, sang ketua umum PSSI saat ini jika dibandingkan dengan empat sosok nama bakal calon ketua umum PSSI yang lainnya.

Pertama, Erick Thohir merupakan sosok yang sarat pengalaman dalam mengelola dunia persepakbolaan, bukan hanya didalam negeri tapi juga di luar negeri.

Didalam negeri Erick Thohir tercatat pernah menjadi Direktur Keuangan klub Ibu Kota, Persija Jakarta pada tahun 2001. Saat itu, Erick berhasil membawa Persija Jakarta menjuarai liga utama sepakbola di Indonesia, yakni Indonesia Super League (ISL).

Selain itu di tahun 2009, Erick Thohir juga pernah menjadi manajemen klub kebanggaan warga Jawa Barat, Persib Bandung melalui perusahaannya Mahaka Group. Selanjutnya pada tahun 2014, Erick kemudian ditunjuk menjadi Wakil Komisaris Utama Persib Bandung.

Pada masa kepemimpinan Erick tersebut, tim berjuluk Maung Bandung ini berhasil menjadi juara Indonesia Super League (ISL).

Selain itu, Erick juga berjasa dalam pendatangan marquee player bagi Persib pada tahun 2017, yaitu Michael Essien dan Carlton Cole.

Selanjutnya dalam dua tahun terakhir ini, Erick Thohir tercatat menjadi salah satu pemegang saham klub sepakbola asal Jawa Tengah, Persis Solo bersama Kaesang Pangarep dan Kevin Nugroho.

Di Persis Solo, Erick Thohir menunjuk anaknya, Aga Thohir, sebagai Komisaris Utama Persis Solo. Bersama Kaesang dan Kevin, Erick berhasil membawa Persis Solo menjadi juara Liga 2 musim 2021---2022 sehingga berhak masuk ke Liga 1.

Bukan hanya berpengalaman mengelola klub sepakbola saja, diluar urusan klub sepakbola Erick Thohir melalui perusahaannya Mahaka Group juga pernah  ditunjuk sebagai operator Piala Presiden pada tahun 2015. Saat itu Erick ditunjuk menjadi Ketua Organizing Committee (OC) Piala Presiden 2015.

Selain didalam negeri, Erick Thohir juga tercatat punya segudang pengalaman menjadi pengelola klub sepakbola kelas dunia di luar negeri.

Pada 10 Juli 2012 Erick dan rekannya, Jason Levien, membeli 78 persen saham DC United, salah satu klub yang bermain di Major League Soccer (MLS) atau Liga utama negeri paman sam, Amerika Serikat.

Erick melepaskan kepemilikannya di salah satu klub terbesar di Amerika Serikat itu pada Agustus 2018. Enam tahun di DC United, Erick punya andil dalam pembangunan Audi Field---kandang DC United.

Erick Thohir saat masih menjadi presiden Inter Milan pada tahun 2013-2018. Foto : sport.detik.com
Erick Thohir saat masih menjadi presiden Inter Milan pada tahun 2013-2018. Foto : sport.detik.com


Selain DC United, yang paling membanggakan dari Erick Thohir adalah saat ia berhasil mengakuisisi saham mayoritas klub raksasa sepakbola dunia asal Italia, Inter Milan sebesar 70 persen pada tahun 2013 dengan nilai transaksi diperkirakan mencapai 480 juta dolar AS atau sekitar Rp7 triliun.

Karena menjadi pemegang saham mayoritas, Erick Thohir kemudian ditunjuk sebagai Presiden Inter Milan. Erick menjadi presiden di Inter Milan selama lima tahun, yakni dari tahun 2013 hingga 2018.

Teranyar, pada September 2022 yang lalu Erick Thohir bekerja sama dengan Anindya Bakrie juga berhasil mengakuisisi 51 persen saham klub Inggris, Oxford United. Hal tersebut dilakukan setelah dirinya menjadi pemegang saham minoritas tim tersebut sejak tahun 2018. Saat ini Oxford United berada di Football League One, yakni kasta ketiga dalam Liga Inggris.

Kedua, Erick Thohir mempunyai kedekatan khusus dengan para petinggi FIFA.

Lama malang melintang di kancah persepakbolaan dunia membuat Erick Thohir mengenal dan mempunyai kedekatan khusus dengan para pejabat dan petinggi badan sepakbola dunia, FIFA.

Kedekatan Erick dengan para pejabat dan petinggi FIFA sudah terbukti kala dunia sepakbola Indonesia sedang dirundung duka saat terjadinya insiden berdarah di Stadion Kanjuruhan Malang yang menewaskan lebih dari 130 suporter sepakbola.

Akibat peristiwa berdarah yang terjadi di Kanjuruhan Malang tersebut banyak pemerhati sepakbola yang meyakini dan merasa khawatir FIFA akan menjatuhkan sanksi berat kepada Indonesia, padahal Indonesia sedang bersiap untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 pada tahun 2023.

Karena tau bahwa Erick Thohir mempunyai kedekatan khusus dengan Presiden FIFA, akhirnya presiden Jokowi mengutus Erick untuk menemui Gianni Infantino di Doha, Qatar. Tujuannya adalah untuk mengklarifikasi dan melobi agar FIFA tidak menjatuhkan sanksinya kepada Indonesia pasca terjadinya insiden di Stadion Kanjuruhan Malang.

Walhasil berkat lobi dari Erick tersebut, sepakbola Indonesia pun bisa lepas dan tidak mendapatkan sanksi dari FIFA atas insiden yang terjadi di Kanjuruhan.

Erick Thohir saat bertemu presiden FIFA, Gianni Infantino di Doha, Qatar: Foto : sport.detik.com
Erick Thohir saat bertemu presiden FIFA, Gianni Infantino di Doha, Qatar: Foto : sport.detik.com


Ketiga, Erick Thohir adalah seorang enterpreneur yang sukses.

Sepakbola modern adalah sepakbola yang berbasis industri. Bukan hanya hiburan semata, sepakbola modern telah menjelma menjadi sebuah industri olahraga yang sangat menjanjikan bagi seluruh ekosistem yang terlibat didalamnya.

Di dunia sepakbola modern saat ini, menjadi pemain sepakbola bukan hanya sekedar mengisi hobi belaka, tapi menjadi seorang pemain sepakbola profesional adalah sebuah profesi yang sangat menjanjikan.

Selain itu, perputaran uang di bisnis industri  sepakbola modern juga sangat luar biasa jika bisa dikelola dengan baik karena sepakbola adalah olahraga dengan penggemar yang paling banyak diseluruh dunia.

Maka dari itu, untuk mengelola sepakbola di Indonesia agar bisa bersaing dikancah sepakbola internasional dibutuhkan bukan hanya seseorang yang faham dunia sepakbola saja, tapi juga seseorang yang mempunyai jiwa entrepreneur yang tangguh dan mumpuni untuk menuju modernisasi dan industrialisasi sepakbola di Indonesia.

Dan dengan segudang pengalamannya sebagai seorang pengusaha dan pemilik klub sepakbola, menurut penulis Erick Thohir adalah sosok yang tepat untuk bisa membawa perubahan bagi dunia persepakbolaan di Indonesia menjadi lebih maju, modern dan berprestasi.

Kesimpulan

Sebagaimana yang Erick Thohir sampaikan saat ia mendaftarkan diri menjadi calon ketua umum PSSI periode 2023-2027 di Kantor PSSI Gelora Bung Karno, Jakarta, pada Minggu (15/1/2023) pagi, bahwa "dibutuhkan orang yang bukan hanya berani tapi juga punya nyali untuk menjadi ketua umum PSSI".

Maka dari itu, penulis meyakini bahwa Erick Thohir adalah sosok yang bukan hanya berani tapi pasti juga punya nyali untuk mereformasi PSSI dan memperbaiki dunia persepakbolaan di Indonesia kedepan.

Sekian dari Jambi untuk Kompasiana.
Salam bola!

Pematang Gadung, 19 Januari 2023

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun