Untuk menghargai jasa dan perjuangan dari para sesepuh pendiri PPP dalam proses perumusan logo Partai PPP itulah yang kemudian melatarbelakangi mengapa mayoritas kader-kader PPP menghendaki agar logo PPP dikembalikan kepada logo asalnya.
Sebagaimana diketahui, perubahan logo partai berlambang Ka'bah ini juga pernah dilakukan pada sekitar dua tahun yang lalu atau tepatnya di tahun 2020 saat PPP masih dinahkodai oleh mantan ketua umum PPP, Suharso Monoarfa.
Hampir sama dengan Mardiono, saat itu Suharso Monoarfa juga mengumumkan perubahan logo PPP tepat diacara ulang tahun PPP yang ke-48 Â tahun di Jakarta.
Pada saat itu terjadi penambahan beberapa unsur pada lambang Ka'bah jika dibandingkan dengan logo sebelumnya, yakni ada penambahan simbol ikat kepala berwarna merah putih di belakang Ka'bah, lengkungan garis kuning mengikuti lekukan-lekukan warna merah, dan semboyan yang berbunyi 'merawat persatuan dengan pembangunan.
Makna lain perubahan logo PPP
Namun selain karena alasan-alasan diatas, jika kita cermati lebih dalam sepertinya ada makna tersirat lain dari perubahan logo partai PPP diusianya yang sudah genap 50 tahun ini, karena jika kita perhatikan perubahan logo PPP yang dilakukan oleh Mardiono saat ini dilakukan hanya terpaut dua tahun saja dari perubahan logo yang terjadi sebelumnya yakni pada saat PPP masih diketuai oleh Suharso Monoarfa.
Dengan kata lain bisa kita simpulkan bahwa, selain karena alasan aspirasi dari mayoritas kader dan penghargaan terhadap para sesepuh pendiri partai PPP, ketidakharmonisan hubungan antara kubu Mardiono dan kubu Suharso Monoarfa disinyalir menjadi alasan kuat dibalik perubahan logo PPP yang dilakukan saat ini oleh kubu Mardiono.
Sebagaimana mahfum diketahui bersama oleh publik, Suharso Monoarfa memang telah dicopot paksa dari jabatannya sebagai ketua umum PPP oleh Mahkamah Partai PPP pada tanggal 30 Agustus 2022 yang lalu.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional ini dicopot dari jabatannya sebagai ketua umum PPP karena sempat menjadi sorotan publik setelah mengeluarkan statement bahwa dirinya kerap diminta memberi amplop berisi uang untuk para kiai.
Suharso menyebut bahwa kejadian itu sering dialaminya ketika melakukan kunjungan ke berbagai pesantren di Indonesia.
Pernyataan kontroversial itu disampaikan oleh Suharso pada saat mengikuti Pembekalan Antikorupsi Partai Politik di gedung ACLC, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kuningan, Jakarta Selatan, pada tanggal 15 Agustus 2022.