Mohon tunggu...
Sultoni
Sultoni Mohon Tunggu... Freelancer - Pengamat Politik dan Kebijakan Publik AMATIRAN yang Suka Bola dan Traveling

Penulis lepas yang memiliki ketertarikan pada isu-isu sosial politik, kebijakan publik, bola dan traveling

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filosofi Kopi

8 Desember 2022   16:03 Diperbarui: 8 Desember 2022   16:05 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kopi. Foto:  aladokter.com

Dia akan terasa manis atau pahit tergantung kita sendiri yang mengatur takaran gulanya. 

Sebagaimana halnya hidup kita, bahagia atau tidaknya kehidupan kita sesungguhnya kita sendirilah yang menentukannya.

Ukuran kebahagiaan itu hati. Bukan materi apalagi kehormatan diri.

Banyak orang-orang yang bergelimang harta tapi hidupnya hampa. 

Banyak pejabat-pejabat dengan kedudukan yang terhormat tapi hatinya melarat.

Kopi itu pemberani dan penentu. 

Dengan bahan apapun ia dicampurkan, maka kopi akan tetap senantiasa terus disebut sebagai kopi. 

Sekalipun bahan penyampurnya lebih banyak jumlahnya dari pada kopi itu sendiri.

Kopi dicampur dengan susu tetap disebut sebagai kopi susu.

Kopi dicampur dengan gula tepat disebut dengan kopi saja.

Kopi dicampur dengan duren tetap disebut dengan kopi duren.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun