Mohon tunggu...
Sultoni
Sultoni Mohon Tunggu... Freelancer - Pengamat Politik dan Kebijakan Publik AMATIRAN yang Suka Bola dan Traveling

Penulis lepas yang memiliki ketertarikan pada isu-isu sosial politik, kebijakan publik, bola dan traveling

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Anies Tersandera Otoritas "Semu" Ala Surya Paloh

11 November 2022   13:32 Diperbarui: 11 November 2022   18:00 1986
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anies Baswedan bersama Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh. Sumber: Antara Foto/Fauzi Lamboka via Kompas.com

Anies Baswedan memang telah resmi mendapatkan tiket capres 2024 dari Partai Nasdem, sekaligus mendapatkan otoritas penuh dari Surya Paloh untuk memilih calon wakil presiden yang akan mendampinginya di pilpres 2024.

Namun otoritas memilih cawapres yang diberikan oleh Surya Paloh kepada Anies tersebut ternyata hanya otoritas "semu" belaka.

Semu, karena memang otoritas yang diberikan Surya Paloh kepada Anies untuk memilih sendiri calon wakil presidennya tersebut tanpa disertai dengan bargaining politik yang memadai.

Apa pasal?

Satu-satunya modal berharga yang dimiliki Anies saat ini, yang membuatnya diperhitungkan secara politik sebagai capres adalah elektabilitasnya yang lumayan tinggi. 

Selebihnya, Anies tidak mempunyai nilai tawar yang lebih bahkan hanya sekedar untuk menentukan calon wakil presidennya sendiri, meskipun telah diberikan otoritas penuh oleh Surya Paloh.

Otoritas yang diberikan oleh Surya Paloh kepada Anies untuk memilih calon wakil presidennya sendiri seolah tak berati sama sekali karena pada kenyataannya sampai dengan saat ini Anies seolah tak mempunyai taji untuk menentukan siapa bakal calon presiden yang akan mendampinginya di pilpres 2024 mendatang.

Posisi Anies sendiri sebagai capres dari Partai Nasdem, justru seakan-akan tersandera oleh situasi karena Nasdem sendiri tidak mampu mengamankan tiket capres bagi Anies untuk mengarungi pilpres 2024. 

Dengan hanya mengantongi 9 % presidential threshold, Nasdem mau tidak mau harus berkoalisi dengan partai-partai lain untuk bisa mengusung Anies sebagai capres di pilpres 2024.

Masalahnya, PKS dan Demokrat yang selama ini santer diisukan bakal merapat ke Partai Nasdem untuk berkoalisi mengusung Anies sebagai capres 2024, belum juga mengambil sikap sampai dengan saat ini.

Tarik menarik soal siapa yang bakal mendampingi Anies sebagai cawapres 2024 disinyalir menjadi alasan PKS dan Demokrat belum juga menentukan sikap, apakah tetap akan berkoalisi dengan Nasdem mengusung Anies sebagai capres atau justru "pindah kelain hati" dengan bergabung bersama partai koalisi yang lain.

Hingga saat ini, Demokrat masih tetap kekeuh mengajukan nama ketua umumnya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menjadi cawapres Anies sebagai syarat untuk berkoalisi dengan Nasdem.

Disisi lain, PKS juga masih ngotot menyodorkan nama mantan Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan (Kang Aher) untuk mendampingi Anies sebagai cawapres 2024 agar bisa berkoalisi dengan Nasdem untuk mengarungi pilpres 2024.

Disisi lainya lagi, Anies sendiri seolah tidak berdaya karena memang tidak mempunyai nilai tawar politik yang kuat untuk menentukan capres pilihannya sendiri diluar dua nama yang telah diajukan oleh Demokrat dan PKS. 

Anies Baswedan bersama Surya Paloh saat menghadiri acara deklarasi Anies Baswedan sebagai capres Partai Nasdem di pilpres 2024. Foto : RM.id
Anies Baswedan bersama Surya Paloh saat menghadiri acara deklarasi Anies Baswedan sebagai capres Partai Nasdem di pilpres 2024. Foto : RM.id

Memilih cawapres diluar dua nama diatas, jelas beresiko Anies dan Nasdem justru akan ditinggal oleh PKS dan Demokrat.

Atau jika memilih salah satunya, Anies dan Nasdem juga masih berpotensi untuk ditinggal, baik oleh PKS atau oleh Demokrat.

Sebuah pilihan yang sulit tentunya bagi Anies untuk memuluskan langkahnya dalam kontestasi pilpres 2024, meskipun secara eksplisit otoritas memilih cawapres telah diserahkan sepenuhnya oleh Nasdem kepada Anies.

PKS dan Demokrat sendiri pantas jumawa dan percaya diri menawarkan kadernya untuk menduduki posisi cawapres mendampingi Anies, karena memang mereka sangat memahami bahwa Nasdem tidak akan bisa mengusung Anies sendirian sebagai capres 2024 tanpa berkoalisi dengan mereka.

Tarik ulur soal siapa cawapres Anies inilah yang kemudian diduga menjadi penyebab gagalnya rencana deklarasi koalisi antara Nasdem, PKS dan Demokrat yang awalnya akan dilaksanakan tepat pada peringatan hari pahlawan, 10 November 2022 kemaren.

Lantas bagaimanakah kelanjutan nasib Partai Nasdem dan Anies sebagai capres 2024?

Kita tunggu saja konstelasi politik yang akan terjadi dalam beberapa waktu kedepan.

Siapa yang akan dipilih oleh Anies sebagai cawapres dan bagaimana sikap PKS serta Demokrat selanjutnya dalam menyikapi rencana koalisi bersama partai Nasdem akan menjadi penentu mulus atau tidaknya langkah Anies menuju pilpres 2024.

Sekian, semoga bermanfaat!

Pematang Gadung, 11 November 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun