Mohon tunggu...
Sultoni
Sultoni Mohon Tunggu... Freelancer - Pengamat Politik dan Kebijakan Publik AMATIRAN yang Suka Bola dan Traveling

Penulis lepas yang memiliki ketertarikan pada isu-isu sosial politik, kebijakan publik, bola dan traveling

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Masyarakat di Desa Sudah Lebih Dulu Migrasi dari TV Analog ke Digital, Kok Bisa?

5 November 2022   16:52 Diperbarui: 7 November 2022   00:45 1528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hal ini karena sinyal yang dipancarkan oleh televisi digital berupa sinyal sistem siaran digital. 

Karena penggunaan sinyal sistem siaran digital tersebut, kejernihan gambar dan audio visual dari televisi digital tidak dipengaruhi oleh jauh atau dekatnya jarak dengan antena pemancar.

Hal ini berbeda dengan televisi analog, dimana sistem televisi analog adalah menangkap suara dan gambar dengan menggunakan antena analog, sehingga semakin jauh dari antena pemancar maka gambar televisi yang dihasilkan juga akan semakin buruk.

2. Kualitas kejernihan gambar dan suara TV digital tidak terpengaruh oleh cuaca.

Hal ini berbeda dengan siaran televisi analog, dimana cuaca yang buruk semisal hujan, juga akan berdampak pada buruknya kualitas gambar dan suara dari siaran televisi yang diterima oleh penonton.

Namun pada siaran televisi digital, cuaca yang buruk tidak berpengaruh sama sekali terhadap kualitas kejernihan dan kebersihan gambar televisi.

3. Bebas biaya berlangganan.

Foto : kominfo.go.id
Foto : kominfo.go.id

Televisi digital bukanlah saluran televisi terestrial berlangganan atau televisi yang menggunakan platform streaming internet. 

Televisi digital pada proses penyiarannya dilakukan pada penyiaran tetap tidak berbayar atau Free to Air (FTA), sehingga masyarakat tetap dapat menikmati siaran televisi digital tanpa harus membayar langganan sama sekali alias gratis.

4. Chanel televisi yang ditampilkan lebih banyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun