Gerakan ini mewajibkan masyarakat, siswa, mahasiswa, dan semua penduduk Surabaya membaca minimal 15 menit dalam sehari. Melalui gerakan itu, dia berharap, kemampuan literasi Indonesia akan semakin meningkat sehingga generasinya akan semakin siap menghadapi persaingan.
Di sisi lain sejak kecil kita sudah terbiasa dengan bahasa lisan yang di dapat dari keluarga. Sebagian orang tua memberikan dongeng anak-anaknya sebelum tidur. Bangun tidur kita diajak bermain sambil makan, dengan alasan supaya kita (anak) makannya banyak. Ketika itu jarang sekali kita diberi buku bacaan pada orang tua kita. Ketika masuk SD kita jarang, bahkan tidak pernah diberi berbagai buku bacaan. Padahal di SD kelas 1 dan 2 adalah masa-masanya anak senang melihat gambar di buku yang dikombinasikan dengan tulisan. Bahkan lebih ironis lagi banyak SD yang tidak memiliki perpustakaan karena dianggap tidak begitu penting.
Kalaupun memiliki perpustakaan banyak yang tidak terurus karena tidak memiliki pustakawan. Demikian pula waktu SLTP, di SLTP kita jarang berkunjung ke perpustakaan, bahkan dapat dikatakan tidak pernah. Sewaktu SLTA masih sama jarang sekali ke perpustakaan. Walaupun tidak secara keseluruhan, akan tetapi sebagian besar mengalami hal yang sama.
Hal tersebut di atas banyak terjadi di sekolah-sekolah daerah. Walaupun sudah memiliki gedung yang megah, fasilitas yang memadai, keinginan membaca masih rendah.
Berangkat dari keprihatinan tersebut di SD Eksperimental Mangunan membangun kebiasaan membaca hening setiap hari Senin sampai Jumat selama 15 menit. Khusus hari Selasa 35 menit untuk menulis atau menggambar. Selian kebiasaan terebut SD Eksperimen Mangunan memiliki pembelajaran khas Membaca Buku Bagus dan jam perpustakaan 1JP setiap kelasnya. Dengan cara tersebut siswa dipaksa membaca dan menulis, pada awalnya siswa terpaksa, dan pada akhirnya siswa menjadi terbiasa. Kebiasaan tersebut sudah lama dibangun guna memperluas cakrawala pandang siswa.
Dari kebiasaan yang dibangun anak menjadi senang bahkan hobi membaca dan menulis. Saat ini anak berkunjung ke perpustakaan tidak hanya saat jam perpustakaan akan tetapi setiap istirahat, pulang sekolah, bahkan selesai olahraga anak lari ke perpustakaan untuk membaca atau meminjam buku. Dari hobi membaca mereka menelurkan karya fiksi dan karya gambar. Saat ini sudah ada dua karya siswa yang sudah diterbitkan yaitu Ini Karyaku, Mana Karyamu? Persahabatan Di Sekolahdan Ini Karyaku, Mana Karyamu? Sumpah Pemuda. Bukan hanya dua karya tersebut yang akan dihasilkan siswa, akan tetapi masih banyak karya yang masuk ke perpustakaan untuk menjadi sebuah karya cetak. Sekali lagi ini bukti betapa siswa yang dulunya dipaksa membaca, dengan terpaksa membaca, dan pada akhirnya mereka terbiasa membaca. Siswa happy belajar litersi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI