Mohon tunggu...
Immanuel Satya
Immanuel Satya Mohon Tunggu... Buruh - Terjebak di rumah

Batin gelisah, dalam aksara semua tumpah

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menuntut BPS

6 Juli 2019   23:33 Diperbarui: 7 Juli 2019   00:51 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai seorang mahasiswa ilmu ekonomi, penulis sering mengerjakan hal yang berhubungan dengan data, terutama data ekonomi. Seiring dengan berjalannya waktu, penulis semakin menyadari pentingnya keberadaan data dalam kehidupan masyarakat kita sehari-hari.

Digadang-gadang sebagai era big data, era modern ini kian bergantung pada keberadaan data, mulai dari pengambilan keputusan bisnis, perumusan kebijakan publik, hingga penelitian ilmiah.

Jurnalisme berbasis data juga mulai memiliki tempat khusus dalam dunia jurnalistik. Kantor berita seperti KataData menghimpun dan menggunakan data sebagai dasar utama berita yang ditulis. Tampak jelas bahwa data memiliki peran yang kian krusial dalam masyarakat Indonesia modern.

"Digadang-gadang sebagai era big data, era modern ini kian bergantung pada keberadaan data...."

Perihal penyediaan data di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) memegang peran sebagai sumber yang utama dan terpercaya dalam penyelenggaraan dan publikasi data kepada publik.

Namun demikian, seringkali penulis merasa bahwa performa BPS belum optimal, atau pada aspek tertentu, mengecewakan. Hal ini mengingat peran penting data dan lembaga penyedia data dalam kemajuan masyarakat kita.

Melalui tulisan ini, penulis ingin mengangkat beberapa masalah penyelenggaraan dan penyajian data oleh BPS berdasarkan pada pengalaman penulis sendiri.

Masalah pertama terkait dengan keberlanjutan publikasi statistik. Penulis beberapa kali menemukan beberapa statistik menarik yang akhirnya diskontinu atau tidak dilanjutkan.

Padahal, statistik tersebut harusnya bisa memberikan wawasan menarik terkait fenomena sosial atau ekonomi yang tengah terjadi di Indonesia.

Salah satu contohnya adalah statistik "Proporsi Remaja Dan Dewasa Usia 15-24 Tahun Dengan Keterampilan Teknologi Informasi Dan Komputer (TIK) Menurut Provinsi, 2015-2016" yang tersedia di laman web bps.go.id. Pada laman statistik tersebut, tercantum keterangan bahwa statistik tersebut diskontinu.

Penulis sangat menyayangkan hal tersebut, terutama ketika mengingat bahwa kita akan memasuki era Industri 4.0, suatu era ketika keterampilan menggunakan teknologi akan sangat dihargai.

Statistik tersebut akan menjadi tolok ukur yang baik untuk melihat kesiapan Indonesia menghadapi persaingan industri di masa mendatang.

Masalah kedua yaitu terkait kemudahan pemanfaatan data.

Menurut penulis, laman web BPS sebenarnya sudah memudahkan akses untuk pemanfaatan data statistik dengan menyediakan pilihan mengunduh dataset dalam berbagai format.

Namun, pemutakhiran tabel yang tersedia untuk diunduh seringkali berlangsung lambat.

Alternatif yang tersedia adalah dengan mengakses langsung publikasi dengan format .pdf atau menghimpun sendiri statistik terbaru yang tersedia pada berita resmi statistik (BRS).

Penulis sendiri sering mengalami kesulitan karena hal ini, tetapi bukan mahasiswa namanya bila tidak putar otak. Penulis terbiasa menghimpun data yang tersedia pada publikasi BPS dengan cara export table ke dalam format .xlsx. Lagi-lagi format tabel yang digunakan BPS seringkali sulit untuk diekspor.

Tentu sangat membantu apabila BPS dapat melakukan perbaikan pada hal ini, meskipun penulis meyakini bahwa hal ini aspek masalah yang terlalu spesifik dan tidak bersifat genting bagi sebagian besar orang.

Masalah ketiga adalah performa BPS daerah yang buruk. Bagi Anda yang belum mengetahui, BPS memiliki kantor di daerah pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota yang menyediakan data spesifik untuk daerah tersebut.

Sebagai seorang mahasiswa ilmu ekonomi, khususnya yang tertarik dengan bidang ekonomika pembangunan, penulis sangat membutuhkan data pada daerah setingkat kabupaten/kota. Jenis masalah yang ditemukan kurang lebih sama dengan yang sudah disebutkan di atas, tetapi dengan tingkat keparahan yang berbeda.

Belum lagi ketika harus membandingkan satu indikator tertentu. Penulis seringkali kesulitan menemukan data untuk suatu indikator pada daerah-daerah tertentu. Sangat disayangkan apabila ternyata suatu data tidak bisa dibandingkan hanya karena indikator yang dipublikasikan antar daerah berbeda-beda.

Meskipun demikian, harapan tetap ada. Pemerintah melalui Kantor Staf Presiden (KSP) telah berinisiatif memulai program Portal Satu Data Indonesia (data.go.id) yang menghimpun data yang dimiliki berbagai lembaga pemerintah.

Penulis melihat hal ini sebagai prospek yang baik bagi penyediaan data di masa depan, walaupun saat ini kondisinya masih berantakan. Sulit mencari tahu data untuk hal apa saja yang tersedia tanpa adanya sistem kategori yang jelas. 

Selain itu, masing-masing dataset juga tidak memiliki deskripsi yang jelas tentang ruang lingkup data, seperti misalnya data apa saja yang ada dalam dataset tersebut, atau lingkup geografis/administratif mana yang diwakili dalam data tersebut.

"Harapan penulis yang tertanam dalam tulisan ini, sesuai dengan slogan BPS, yaitu agar "Data Mencerdaskan Bangsa.""

Tidak adil bila tulisan ini mengangkat secara timpang hasil kerja BPS. Terlepas dari berbagai kekurangan, hasil kerja BPS sejauh ini sangat layak memperoleh apresiasi.

Penulis juga menjadi saksi perbaikan yang dilakukan oleh BPS dalam penyajian dan publikasi data, seperti misalnya tampilan grafis yang memiliki nilai estetika lebih tinggi, atau seperti publikasi beberapa statistik penting yang dilakukan secara terjadwal dan tepat waktu.

Tulisan ini tentu bukan sekadar senarai keluhan komprehensif seorang mahasiswa tentang kehidupan akademisnya semata.

Namun, apabila BPS bersedia meninjau kembali masalah tersebut sebagai bahan perbaikan di masa depan, tentu penggunaan data sebagai sarana untuk memperoleh wawasan empiris akan semakin meluas.

Apa kemudian yang dituntut dari BPS dalam tulisan ini?

Tentunya perbaikan.

Harapan penulis yang tertanam dalam tulisan ini, sesuai dengan slogan BPS, yaitu agar "Data Mencerdaskan Bangsa." Melalui tulisan ini pula, penulis berharap penyediaan dan penyajian data dapat semakin baik di masa mendatang.

Yogyakarta, 6 Juli 2019

Immanuel Satya

Mahasiswa yang selalu sambat saat menghimpun data

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun