Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Siang Menantang di Stasiun Commuterline Tanah Abang

29 Agustus 2023   13:53 Diperbarui: 30 Agustus 2023   12:10 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petugas kebersihan telaten membersihkan kereta setiap kali tiba di stasiun pemberhentian akhir - Foto: Z.A

Pembayarannya pun, ada kemiripan dengan di Jakarta dan semua kawasan yang sudah ada KRL. Di Melbourne juga ada kartu Myki, sejenis Kartu Multi Trip (KMT), dan bisa digunakan di seluruh area Melbourne dan seluruh publik transport, dari kereta hingga bis. 

Ini tentu saja mirip juga dengan KMT yang juga bisa digunakan hingga ke LRT (light rail transit atau lintas rel terpadu). Bagi pemilik media sosial efenerr ini, semua perbedaan dan kesamaan, baginya menjadi kegembiraan tersendiri.

Farchan terbilang khatam dengan segala kondisi di stasiun dan di dalam KRL, karena kesehariannya setia menggunakan transportasi umum, dari KRL hingga MRT. Maka itu, pemandangan di Tanah Abang pun bukan lagi pemandangan baru baginya, terlepas ia tak terlalu sering bepergian dari stasiun ini.

Petugas kebersihan telaten membersihkan kereta setiap kali tiba di stasiun pemberhentian akhir - Foto: Z.A
Petugas kebersihan telaten membersihkan kereta setiap kali tiba di stasiun pemberhentian akhir - Foto: Z.A
Namun ia menjadi salah satu potret pengguna KRL yang berasal dari kalangan terpelajar, yang sekaligus mendidik dirinya dengan berbaur dengan segala lapisan masyarakat. Belajar dari realitas yang ia temukan sehari-hari di transportasi umum. Maka itu, segala pemandangan yang terlihat seperti di Stasiun Tanah Abang, baginya adalah buku pelajaran tersendiri yang juga ia baca sehari-hari.

Ya, Stasiun Tanah Abang, sebagaimana stasiun lainnya, bukan hanya sekadar tempat naik turunnya penumpang Commuterline. Di sini adalah tempatnya jutaan ayunan langkah yang membawa mereka ke jutaan harapan dalam hidup masing-masing.

Tanah Abang adalah tempat untuk mereka yang tak pernah mau begitu saja menyerah, terlepas hidup terkadang bikin mereka hampir kalah. Mereka terus mengayunkan langkah, kalaupun hampir kalah, mereka meyakinkan diri bahwa ini belum benar-benar kalah. 

Maka itu, meskipun di balik sebagian wajah terbersit resah atau bahkan guratan lelah, mereka terus mengayunkan langkah. Mereka menaiki tangga demi tangga stasiun, lalu melanjutkan perjalanan ke banyak tempat yang dirasa ada jalan rezeki di sana, atau memang bekerja sehari-hari di sana. 

Stasiun Tanah Abang bukan hanya sekadar tempat transit, untuk orang datang, berpindah peron, berganti kereta. Di sini adalah sekolah hidup yang selalu mengajari mereka tentang banyak hal. Salah satunya, sepanjang terus bergerak selambat apapun pasti akan membawa mereka ke stasiun hidup yang mereka impikan.*** 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun