Ia kerap berada di Stasiun Tanah Abang dan berbagai stasiun lainnya yang menjadi tujuan. Sesekali ia membagikannya di media sosial, dari pemandangan sekitar stasiun hingga tingkah polah orang-orang yang berlalu lalang di sana.
Terbilang sangat jarang ia berkeluh kesah, kecuali sesekali menyentil kebiasaan-kebiasaan sesama penumpang, yang sebagian terlalu grusa-grusu dan melupakan kepatutan. Hanya itu yang sering menjengkelkan baginya.Â
Selebihnya, ia lebih sering merekam pemandangan yang menggembirakan baginya. Walaupun, Stasiun Tanah Abang ini terbilang jarang didatanginya, kecuali sesekali di perjalanan yang memang mengharuskannya melewati tempat ini. Tapi ke mana saja ia pergi, KRL menjadi salah satu transportasi andalannya.Â
Apalagi ia pun pernah menjajal KRL tak hanya di seputaran Jabodetabek, melainkan juga hingga ke Jogja-Solo. Ia menilai, dengan segala pengalamannya menjajal KRL, suasana di Jogja-Solo masih belum apa-apa dibandingkan di Jakarta, terlebih di Tanah Abang.
Namun ke mana saja bepergian, dan di mana saja KRL ia jajal, ia selalu terlihat antusias. Maka itu, nyaris setiap kali ia mengunggah foto atau video perjalanannya dengan KRL rata-rata mampu memantik diskusi dan perhatian banyak pengguna media sosial.
Sebut saja saat ia mengunggah foto di KRL Jogja-Solo, mampu mencatat impresi hingga 32 ribu. Belum lagi saat ia membuka obrolan dengan salah satu wakil rakyat untuk menjajal stasiun di dekat Tanah Abang, Stasiun Palmerah, bahkan mencatat impresi hingga 317 ribu.
Ya, kecintaan besarnya itu tak hanya di dalam negeri, melainkan juga di luar negeri. Ia mau tetap menggunakan kereta sejenis KRL, seperti Metro Trains Melbourne. Pengalaman di sana pun pernah dibagikannya ke media sosial.
"Cerita dikit soal Metro Trains Melbourne ya. Ini mirip KRL kalau di Jabodetabek, connecting suburb ke City," ceritanya, seraya menunjukkan foto di lokasi. "Ini di Stasiun North Melbourne pas gangguan, rame-rame pindah peron untuk ganti kereta. Padahal gangguannya nggak lama, cuma tujuh menitan delay..."
Ia menggambarkan juga bahwa di Metro Melbourne ini kursi di dalamnya pun berhadapan, dan sepeda juga boleh masuk ke dalam kereta. "Jadi yang commuting bisa bawa aja sepedanya," ceritanya lagi. Walaupun ini juga di Indonesia juga diperbolehkan untuk sepeda lipat, lantaran pertimbangan kenyamanan penumpang lain.
Dalam catatannya, kalaupun ada larangan keras di Metro di negeri tetangga itu adalah mabuk dan duduk sembarangan.Â