Ia sama sekali tidak bercerita muluk-muluk tentang bagaimana melayani rakyat. Di beberapa podcast, ia justru lebih sering bercerita tentang bagaimana kedekatannya dengan ibunya sendiri. Ia hanya bicara serius tentang banyak hal yang dekat-dekat dengan kehidupannya semata.Â
Ya, dekat dengan kehidupan kita juga, dan kehidupan para politisi, yang terkadang terlalu jauh berbicara melampaui kemampuan mereka merealisasikan setiap kata-kata.
Aldi Taher hanya melihat yang dekat-dekat saja. Terlepas lakonnya terkadang kerap menuai cibiran atau bahkan bully dari sesama entertainer, terlebih kala dia terlihat "menjual murah" kemampuannya, tidak sok elite seperti halnya sebagian selebritas. Ia apa adanya, punya cinta yang kuat atas banyak hal yang dekat-dekat saja, ibunya hingga anak istrinya.Â
Jika melihat lakon Aldi Taher, baik yang ada hubungan dengan kabar ia masuk ke dunia politik atau jauh sebelumnya saat ia aktif di dunia showbiz, ia punya ketulusan yang masih kental. Ini yang takkan bisa ditemukan di dunia politik yang notabene sebagai dunia sarat kepentingan; tak ada kawan abadi, yang ada hanya kepentingan abadi.Â
Jadi, di sini ia membawa pesan itu. Sebuah pesan yang tak bisa atau mungkin lupa dibawa oleh seabrek politisi yang sering tampil di TV sembari memasang wajah seolah berwibawa itu. Ya, pesan untuk lebih tulus, terlebih jika berbicara tentang pengabdian, agar tak sekadar menjadi bahan jualan menjelang perhelatan lima tahunan itu saja.
Entah pesan Aldi Taher dengan lakon-lakonnya yang mirip cerita sufistik itu terbaca dengan baik oleh banyak politisi. Atau, bisa jadi, rata-rata politisi lebih peduli dengan ambisi mereka sendiri alih-alih menggubris seorang Aldi Taher.*** Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H