Bocah itu bernama Naura. Masih berusia dua tahun, namun kisahnya membuat ribuan orang meneteskan air mata, karena video saat ia digendong petugas berpakaian hazmat tanpa ditemani kedua orang tuanya beredar luas.
Naura menjadi magnet di tengah publik. Terlebih lagi di video itu terlihat, ia sama sekali tidak menangis saat diboyong petugas yang notabene adalah orang asing baginya. Ia terlihat tegar, walaupun matanya terlihat tertuju ke arah rumahnya, dan mungkin hatinya bertanya-tanya, kenapa ia harus berpisah dengan ayah ibunya.Â
Di akun twitter saya sendiri, @zoelfick, video yang saya tayang ulang dari akun lain tentang Naura, mencatat impresi lebih dari 160 ribu, termasuk view yang mencapai 100 ribu lebih, saat saya menulis catatan ini.Â
Â
Cukup jadi petunjuk, Naura mampu memantik perhatian banyak orang. Melegakan lagi, dari 300-an warganet yang mengomentari video Naura, rata-rata memberikan dukungan moril untuknya, dari menyemangati hingga mendoakan kesembuhannya.
Tidak itu saja, tak sedikit juga yang menjadikan video ini sebagai pemantik untuk membawa pesan agar orang-orang dapat bersikap lebih baik di tengah wabah corona. Harapan mereka tegas, jangan karena kecerobohan orang-orang dewasa, anak-anak yang rentan dengan virus menjadi korban.Â
Naura di sini mampu memberikan ilham kepada banyak orang agar tidak meremehkan wabah yang sedang melanda. Tatapan polosnya saat digendong petugas, terbaca oleh banyak orang sebagai sebuah pesan tanpa kata-kata, namun mampu menembus relung hati terdalam untuk sadar dan sadar.Â
Ya, sadar, bahwa risiko corona dapat saja menimpa anak-anak, dan orang-orang tersayang lainnya.Â
Mencari konfirmasi
Melihat pengaruh Naura di media sosial yang menggugah ribuan orang, saya pun berusaha mengontak salah satu tenaga kesehatan (nakes) yang saat ini bekerja di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet, Afrianti Franiti.Â
Kebetulan, nakes yang akrab disapa dengan Afri ini pun berasal dari Palembang, atau satu kota dengan bocah bernama Naura tersebut. Ia sempat bercerita tentang berbagai kemungkinan kenapa bocah tersebut terjangkit corona.Â
Menurutnya, salah satu kemungkinan karena ramainya lingkungan tempat Naura tinggal bersama kedua orang tuanya. "Anak ini berada di kawasan Pasar Kuto. Ini memang salah satu tempat yang sangat padat di Palembang," kata Afri. "Jadi, kemungkinan Naura terpapar corona akibat dari keramaian yang ada di sana."Â
Ia sendiri mengaku sangat menyayangkan Naura yang sekecil itu harus mengalami corona yang membuatnya harus diisolasi. Maka itu dia berharap, agar para orang tua betul-betul bisa lebih waspada agar jangan sampai menjadi carrier atau pembawa virus bagi keluarganya, terutama anak-anak mereka.
"Harapan saya sih, dari kasus Naura ini kita dapat belajar, agar para orang tua tidak meremehkan protokol kesehatan yang sudah disampaikan oleh pemerintah," pesan Afri. "Misalkan harus bekerja di luar rumah, sebaiknya pastikan begitu pulang langsung membersihkan diri dan tidak langsung memeluk atau menyentuh anak."
Itu menurutnya bisa menjadi sebuah upaya dari keluarga agar wabah corona tidak sampai menular ke dalam rumah dan menimpa anggota keluarga.
"Sebab, jika melihat kasus Naura, memang tidak mudah. Dia masih berusia dua tahun, harus diisolasi sendiri, jauh dari orang tua. Ini betul-betul berat," Afrianti menambahkan. "Jadi, mengikut protokol dan dan semua imbauan pemerintah dalam pencegahan corona bisa menjadi sebuah solusi agar kasus seperti ini jangan sampai terjadi lagi."
Kasus corona dan anak-anak
Sebagai catatan tambahan, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menegaskan bahwa anak-anak juga memiliki risiko tinggi terpapar oleh virus Covid-19.Â
Sebab, merujuk Ketua IDAI Dr dr Aman Bhakti Pulungan, Sp.A(K), berdasarkan jumlah pasien dalam pengawasan (PDP), mencatat hingga 3400. Ditambah lagi dengan kasus PDP yang meninggal dunia, mencapai 129 orang.Â
Kemudian, dari kasus yang terkonfirmasi Covid-19, mencatat 584 kasus, ditambah kematian yang dipastikan akibat virus tersebut tercatat 14 kasus.Â
Di sisi lain, ia juga memberikan catatan khusus bahwa ada dua kondisi kesehatan yang mengancam jiwa anak; pneumonia dan diare. Bahkan ia menyebut itu sebagai pintu masuk Covid-19 dalam tubuh anak.Â
Ia juga mengingatkan kepada para orang tua agar memberikan perhatian lebih serius terhadap anak yang belum mampu mencuri kotoran sendiri (cebok). Lantaran, dalam kasus anak-anak, Covid-19 rentan menyerang bagian pencernaan, dan menular melalui kotoran (feses).Â
Naura, pulihlah segera. Buat para orang tua, mari tetap selalu waspada agar corona jangan sampai memisahkan kita dengan sang buah hati tercinta.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H