Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bernapas di Bawah Langit Jakarta Hari Ini

18 April 2020   19:48 Diperbarui: 18 April 2020   19:54 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jakarta saat malam di kawasan Kota Tua - Foto: Zulfikar Akbar

Makanya kenapa sorotan atas pemicu buruknya udara Jakarta cenderung mengarah ke kendaraan bermotor. 

Apalagi panjang jalan di seantero Jakarta saja mencapai 7 ribu km. Ditambah lagi ada catatan yang menyebut bahwa jumlah kendaraan yang sehari-hari melintasi jalanan Jakarta mencapai 13,3 juta. Itu baru jumlah sepeda motor. Belum lagi mobil penumpang sempat tercatat 3,5 juta unit. Bayangkan saja bagaimana dampaknya terhadap udara Jakarta.

Pengamat otomotif pun mengakui hal itu. Seperti diungkapkan oleh Bebin Djuana dalam salah satu wawancara, pengamat ini menegaskan bahwa kendaraan memang salah satu penyumbang polusi udara terbesar. 

Mengintip data Kompas.com, Jakarta bahkan pernah muncul dalam urutan pertama kota dengan kualitas udara terburuk di dunia, tepatnya pada 29 Juli 2019. Saat itu, indeks kualitas udara di Jakarta saat itu tercatat 183, kategori tidak sehat.

Makanya penerapan PSBB belum sepenuhnya bikin lega. Sebab kendaraan di ruas jalan utama tetap saja disesaki dengan kendaraan. Tidak heran jika hari Jumat (17 April 2020), laporan AirVisual per pukul 09.19, Indeks Kualitas Udara (Air Quality Index) mencapai 138.

Jika dilihat lagi pemicu udara sempat kembali memburuk, ternyata ada kaitannya lagi dengan kendaraan bermotor yang sempat kembali ramai. Dalam laporan CNNIndonesia, Senin 13 April 2020, kendaraan bermotor memang kembali menyesaki jalanan Jakarta di hari keempat diterapkannya PSBB.

Bahkan di media sosial sempat viral video di Tanah Abang yang menunjukkan jalan yang kembali dipenuhi berbagai kendaraan bermotor. Lantaran sempat beredar kabar bahwa pusat grosir Tanah Abang sudah dibuka lagi.

Ditambah lagi  karena banyak pekerja dari luar Jakarta yang masuk dengan berbagai kendaraan walaupun angkutan umum sudah dibatasi. 

Katakanlah para pekerja yang berasal dari daerah penyangga seperti Bekasi, Depok, Bogor, Bekasi, hingga Tangerang dan Tangerang Selatan. Daerah-daerah ini belum menerapkan PSBB saat DKI Jakarta menerapkannya dari Jumat 10 April 2020.

Apalagi kalau melihat jumlah pekerja yang ada di Jakarta. Pekerja informal saja mencapai 70, 49 juta orang (berdasarkan data BPS Agustus 2019). Ditambah pekerja formal mencapai 56,02 juta orang. Kebayang bagaimana Jakarta di hari kerja, kan?***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun