Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mencari Ketenangan di Tengah Ketegangan

14 April 2020   19:20 Diperbarui: 14 April 2020   19:18 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Jangan laundry dulu. Pakai saja mesin cuci kita sendiri, dan setrika cuma jika sedang kuat saja. Kita tidak tahu, di laundry itu pakaian kita dipegang oleh pekerja yang sehat atau tidak."

Begitulah gambaran kecemasan hingga ketakutan yang sempat muncul. 

Namun perlahan, terpikir, bahwa yang dibutuhkan di tengah kondisi sekarang bukanlah ketakutan. Tidak ada ketakutan yang membawa kebaikan jika berlebihan. 

Maka itu, sehari-hari, selain tetap berkutat dengan pekerjaan yang mesti tetap dikerjakan dari rumah, selalu berusaha menenangkan diri. Entah lewat salat, meditasi, mendengarkan musik, sampai dengan bermain masak-masakan dengan si kecil. 

Tidak gampang keluar dari ketegangan. Namun bagaimanapun saat ini yang dibutuhkan tetap saja adalah ketenangan. Inilah yang selalu saya usahakan untuk terus diciptakan, setidaknya di rumah sendiri. 

Terutama setiap kali melakukan meditasi, berkonsentrasi pada pernapasan, terus memberikan mantra-mantra agar bisa tenang, entah nasihat ahli spiritual atau pakar-pakar psikologi. 

Sebab, di saat-saat begini, yang bisa merusak dan membunuh tidak hanya virus corona, melainkan juga ketegangan dan perasaan tertekan. Maka itu, kalaupun memanfaatkan waktu di media sosial pun, apa yang saya usahakan untuk bisa dibagi adalah hal-hal yang menghibur dan menenangkan.

Tidak selalu berhasil, namun paling tidak dengan itu sudah membantu diri sendiri untuk bisa melepaskan ketegangan dan menghadirkan ketegangan.

Tidak jauh berbeda di tengah medan peperangan. Wajah tegang dan tidak tenang sering menjadi sasaran kematian, sebab itu sering dipengaruhi perasaan dan pikiran buruk hingga mendatangkan akibat buruk. Jadi, marilah saling berbagi hal-hal menenangkan, bukan menegangkan.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun