Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Kekuatan Digital BCA, Magnet Kalangan Muda

29 Oktober 2019   22:03 Diperbarui: 29 Oktober 2019   22:24 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kalangan muda hari ini cenderung menyukai aktivitas yang tidak jauh dari gadget - Foto: Times Indonesia

Banyak yang masih berusia muda, namun mereka mampu meraup penghasilan hingga ratusan juta dan bahkan miliaran. Bicara alat kerja, tidak sedikit dari miliarder muda itu hanya mengandalkan gawai saja. Konten media sosial dari YouTube, Instagram, hingga Twitter, bisa menjadi mesin uang di tangan mereka. 

Saat sebagian orang merasa mendapatkan prestise dengan bekerja kantoran, kawula muda ini bikin "kantor sendiri" yang terkadang cuma berupa studio kecil, yang dari sana mereka memproduksi berbagai konten untuk media sosial yang mereka punya.

Tidak sepenuhnya bekerja sendiri, namun mereka juga memiliki tim kreatif yang juga sama-sama muda, dan seringnya punya kesamaan minat, lalu meraup uang dari studio-studio kecil tadi. 

Meskipun bisa dibilang hanya sebagai tim kecil, karena biasanya hanya beranggotakan empat atau lima orang, namun mereka meraup penghasilan besar. Alhasil, uang miliaran yang terlihat besar di mata sebagian orang, sulit dikumpulkan meskipun bekerja bertahun-tahun, bisa diraup mereka hanya dalam hitungan bulan.

Kaget? Ya, nggak usah kaget juga keleus. 

Sebab, ini memang eranya kalangan muda yang melek teknologi dan paham tren kekinian. Mereka sangat paham dengan kebutuhan orang-orang, jeli membaca peluang, dan mengerti bagaimana bisa berkreasi untuk memenuhi kebutuhan banyak orang, meski sekadar konten hiburan.

Maka itu, nama-nama seperti Atta Halilintar hingga Ria Ricis, misalnya, menjadi ikon bagi kalangan muda hari ini, terutama dari sisi kejelian membaca peluang dan memupuk kekayaan dari kreativitas mereka. 

Kenapa? Sebab, mereka yang terbilang tidak memiliki pendidikan terlalu tinggi, memiliki penghasilan yang mampu menyalip orang-orang yang memiliki pendidikan lebih tinggi. (Jangan sensian, sebab di sini tidak bermaksud meremehkan pendidikan, Bung).

Di saat orang-orang mengeluhkan semakin sulitnya menemukan pekerjaan yang tepat, mereka memilih berpeluh-peluh untuk mencari dan memberikan apa yang orang-orang butuh. Hasilnya, mereka memanjakan kebutuhan kalangan muda dengan hal-hal yang, katanya, receh namun mereka bisa meraup pundi-pundi yang tidak bisa dibilang receh. 

Sedikitnya, inilah realitas hari ini. Sebuah realitas yang tidak perlu dicibir, melainkan bagaimana agar semua orang pun bisa menyelaraskan diri dengan kecenderungan hari ini; tidak terkecuali dalam mengumpulkan pundi-pundi atau uang.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) punya data terkait mereka, bahwa saat ini terdapat kelompok usia 16-30 tahun mencapai kisaran 64,3 juta jiwa. Artinya, angka kalangan muda ini memang sangat pantas diperhitungkan. Ditambah lagi dengan tren yang tumbuh di kalangan mereka, cukup menunjukkan bagaimana pola pikir hingga habits mereka, tidak terkecuali dalam urusan transaksi keuangan.

Mereka bukan lagi generasi yang berbangga dengan ketebalan dompet. Sebab, kalaupun melihat dompet mereka, bisa jadi cuma ada kartu dan kartu, terlebih tren transaksi nontunai yang digerakkan bank sentral, tampaknya cukup diterima kalangan ini. Meskipun begitu, angka di rekening mereka, bisa jadi jauh di atas yang bisa diterka orang-orang.

Generasi YOLO punya sisi lain yang tidak bisa diremehkan - Foto: Femina
Generasi YOLO punya sisi lain yang tidak bisa diremehkan - Foto: Femina
Generasi Simpel sebagai generasi YOLO?

Tidak heran jika kemudian, lembaga-lembaga keuangan seperti BCA, misalnya, menyelaraskan diri dengan kebutuhan kalangan muda yang memang pantas disebut sebagai generasi simpel lantaran tren mereka yang memang gandrung berbagai hal yang semakin simpel. 

Bahkan saking simpel, maka itu muncul istilah di kalangan muda sekarang berupa Y.O.L.O atau you only live once. Hidup cuma sekali, maka hidup mesti dinikmati.

Meskipun itu tidak mewakili prinsip kalangan muda keseluruhan, setidaknya cukup menggambarkan pola pikir generasi simpel ini. Pola pikir begini memang tidak melulu negatif, sih. Toh, tidak sedikit juga lantaran menganut sudut pandang ini, mereka bisa mencari uang sambil bersenang-senang. 

Contoh sederhana, bisa dilihat dari seleb medsos yang berkutat di ranah travelling. Mereka bisa memamerkan kehidupan mewah, hidup dari hotel ke hotel, dan dari satu tempat wisata ke tempat wisata lainnya. Kesenangan bisa mereka dapat, uang pun datang cepat.

Bagi sebagian orang, bermedia sosial cuma untuk membunuh waktu, sekadar membuang jenuh, sementara di tangan kalangan muda ini; media sosial bisa menjadi sumber penghasilan.  

Maka itu, selain mereka lebih mudah mencari uang, mereka pun ingin lebih mudah dalam bertransaksi. Terlebih melihat habits atau kegandrungan mereka, tidak jauh-jauh dari belanja, jalan-jalan, fashion, gawai (gadget), dan alat-alat kecantikan.

Tentu saja, belanja mereka pun bisa mencapai puluhan juta atau bahkan lebih. Terlebih fashion, akan jarang Anda dapati fashion kalangan muda berharga di bawah nilai satu juta rupiah. Bahkan kosmetik, bisa mencapai Rp10 juta dan juga bisa lebih besar dari itu. 

Lagi-lagi, tidak melulu sepenuhnya untuk hura-hura sebagaimana vonis sebagian kalangan yang sinis. Sebab, tidak sedikit dari mereka yang mengeluarkan modal beberapa juta untuk kursus kecantikan, puluhan juta untuk peralatan kosmetik, namun bisa meraup ratusan juta dari konten-konten mereka di media sosial sebagai make up artist! 

Atau, bagi sebagian traveller, bersedia mengeluarkan uang pribadi puluhan juta untuk bisa jalan-jalan ke suatu tempat, selain juga mengikuti kursus-kursus pemasaran digital, dan konten-konten dari hasil mereka jalan-jalan pun menghasilkan uang. 

You only live once, sekali lagi, yang terkadang dicap sinis, jika ditelusuri tidaklah seburuk pandangan sebagian orang. 

Di balik itu, ada sesuatu yang juga mereka asah yakni kreativitas, inovasi, dan kejelian melihat peluang di tengah tren digital yang merambah ke hampir semua lini kehidupan.

Sudut pandang mereka yang sekilas terlihat pendek, gampangan, dan sejenisnya, namun menyimpan potensi besar yang memang selaras dengan era mereka. Maka itu, tidak berlebihan jika menyebut mereka sebagai generasi simpel yang menyimpan potensi yang tidak bisa dibilang simpel. 

Kejelian Perbankan

Kehadiran BCA Mobile, menjadi salah satu jurus bank ini untuk mengikuti tren kawula muda. Mengacu BCA Mobile, ada fitur cardless yang memudahkan untuk menarik atau menyetor uang, dua dari tiga transaksi tersaji sana, yang terbilang paling intens digunakan banyak orang. 

Di masa lalu, ini pastilah sesuatu yang tidak terbayangkan oleh banyak orang. Namun semakin ke sini, terobosan-terobosan yang semakin memudahkan begini semakin akrab dengan banyak orang. 

Konsep diusung terbilang sederhana, dibikin simpel. Apakah ini sekadar tagline? Mungkin saja, namun memang inilah yang mewakili kebutuhan kalangan muda hari ini, ogah ribet!

Jika sebelumnya kehadiran kartu dan mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) sudah memudahkan, pihak perbankan seperti BCA, tidak berhenti untuk mencari cara terus untuk lebih memudahkan nasabah mereka. Sebab, semakin mudah kalangan muda mencari uang, maka semakin besar kebutuhan mereka untuk melakukan transaksi keuangan yang memudahkan.

Sepanjang ada yang lebih mudah, lebih hemat waktu, maka itulah yang akan lebih mereka buru. Tidak terkecuali dalam melihat pelayanan dari lembaga-lembaga perbankan, persoalan kemudahan ini menjadi acuan penting bagi mereka.

Maka itu, fitur-fitur berkaitan dengan transaksi keuangan seperti terdapat di BCA Mobile memang sangat penting diselaraskan dengan kalangan muda ini. Di samping dalam hal layanan khusus, pun menjadi hal yang tak dapat dipandang enteng.

Di sini, BCA tampaknya juga cermat membaca kebutuhan nasabah, sehingga mereka pun menyediakan Halo BCA hingga VIRA BCA, BCA Webchat, BCA WhatsApp. 

Tidak berlebihan jika menyebut BCA pantas disebut sebagai salah satu bank yang meyakinkan dalam kemampuan mengikuti tren kekinian. Itu bisa dilihat dari penghargaan yang baru saja mereka dapatkan pada tahun ini, di dalam maupun di luar negeri.

Di dalam negeri, BCA tercatat meraih Top Leader in Innovative Banking Technology di Anugerah Indonesia Property & Bank Award 2019.  

Saat itu, di ajang Asiamoney Awards 2019, yang mendapatkan lisensi dari Euromoney Institutional (Jersey) Limited, BCA tercatat menyabet dua penghargaan. 

Selain meraih penghargaan Best Domestic Bank, mereka pun meraih penghargaan yang related dengan ide-ide digital yang gencar mereka usung, yakni penghargaan Best Digital Bank, September lalu. Istimewanya, mereka telah tujuh kali menyabet penghargaan tersebut. 

Kekuatan BCA dalam teknologi digital berkali-kali mendapatkan penghargaan kelas dunia - Foto: BCA
Kekuatan BCA dalam teknologi digital berkali-kali mendapatkan penghargaan kelas dunia - Foto: BCA
Bank ini memang dikenal getol melakukan transformasi digital melalui internet dan mobile banking, berbagai aplikasi dan beragam fitur. Tak terkecuali dalam hal alat pembayaran nontunai, publik pun tak asing lagi dengan keberadaan Flazz BCA, Sakuku, dan fitur-fitur seperti QRku, OneKlik BCA, BCA Keyboard, dan Buka Rekening Online.

Maka itu, dalam ajang Red Hat Innovation Awards Asia Pasifik 2019 pun lagi-lagi BCA mendapatkan ganjaran penghargaan. Pasalnya, BCA dinilai mampu menunjukkan pemikiran kreatif, penyelesaian masalah yang gigih, serta penggunaan teknologi Red Hat secara transformatif. Sebagai catatan, Red Hat sendiri adalah perusahaan perangkat lunak ternama yang bermarkas di Raleigh, North Carolina, Amerika Serikat 

Terkait penghargaan yang berhubungan dengan digital, pun terlihat ada kepercayaan besar publik terhadap BCA. Ada catatan, bahwa dari transaksi senilai Rp6.700 triliun pada 2018 lalu, BCA mencatat 98 persen dari nilai itu dari transaksi digital. 

Ini tentu saja menjadi sebuah catatan yang cukup menegaskan bahwa mereka pantas mendapatkan ganjaran prestisius kelas dunia, hingga dinobatkan sebagai bank terbaik dalam digitalisasi.

Bagi generasi hari ini, penghargaan didapatkan oleh sebuah lembaga perbankan, tentu menjadi sebuah acuan yang meyakinkan bagi mereka untuk memilih sebuah bank sebagai andalan.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun