Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Inilah Orang Asing Bagi Kita Rakyat Jelata

10 April 2019   19:55 Diperbarui: 11 April 2019   06:50 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mereka membutuhkan pemimpin yang terdekat dengan kehidupan mereka, bukan orang asing dengan keseharian mereka. Gbr: Merdeka.com

Untuk orang-orang biasa, rakyat jelata, dunia mereka tentu saja tidak seperti ini. Maka itu, rasanya tidak berlebihan jika saya menyebut mereka sama-sama sebagai orang asing bagi masyarakat kebanyakan. 

Sebagai orang asing, apakah akan dengan gampang merasakan bagaimana kesulitan, kesusahan, kesedihan, hingga mengusap luka-luka orang-orang yang ada di luar mobil-mobil mewah mereka? Apakah akan mudah bagi perasaan mereka untuk terketuk, turun tangan, atau setidaknya merasakan apa yang dirasakan orang-orang di luar rumah mewah mereka? Mimpi, Bro!

Tidak ada yang bisa dipelajari, yang bisa jadi pelajaran hidup, dari kehidupan mereka untuk masyarakat biasa. Untuk orang-orang yang masuk ke dalam kelas rakyat jelata, sekali lagi, mereka adalah orang asing.

Maka kenapa menentang mereka, bagi saya, adalah penentangan atas kemungkinan keterasingan masyarakat biasa dari orang-orang yang selalu menghirup napas dari dunia orang-orang elite ini.

Masyarakat biasa membutuhkan keteladanan dari orang-orang yang paling dekat dengan mereka. Butuh model yang bisa mereka lihat dari dekat, dengan sejarah yang juga tidak jauh-jauh dari mereka, dengan lika-liku yang juga mirip mereka. 

Masyarakat biasa membutuhkan keteladanan dari pemimpin yang bisa meyakinkan bahwa Tuhan memberikan tangan-tangan yang sebenarnya istimewa ketika mereka sadar cuma pada tangan sendiri itulah mereka berusaha. Tidak bergantung kepada siapa-siapa, tapi masih bisa saling berpegangan ketika harus saling menguatkan sebagai sesama orang biasa. 

Maka kenapa, di obrolan-obrolan kaki lima, kalimat yang meluncur dari mulut saya cenderung lugas-lugas saja, "Kalau bapakmu sekaya bapaknya Prabowo dan Sandiaga, silakan percayakan negeri ini kepada mereka. Jika tidak, jangan percayakan negeri ini kepada orang asing. Sebab mereka adalah orang-orang asing dengan kehidupan kita, kawan! Sebab bisa saja kelak kau terasing di negerimu sendiri di tangan orang-orang begini."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun