Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Melihat Jokowi dari Warung Kopi

26 Maret 2019   18:34 Diperbarui: 28 Maret 2019   12:16 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu gaya khas Jokowi yang sepenuhnya merakyat dan tidak asing dengan kehidupan rakyat - Foto: KSP

Kedatangannya ke tempat-tempat yang jarang disinggahi kalangan elite itu tentu saja bukan kunjungan menjelang perhelatan Pemilu saja. Ia berkunjung hingga ke pasar-pasar kelas bawah jauh-jauh hari, bahkan sejak ia masih sekadar berstatus sebagai wali kota. 

Di samping, karena ia sendiri adalah petinggi negara yang memang berangkat dari kelas masyarakat kelas menengah ke bawah, sebagai tukang mebel, praktis kehidupan masyarakat bawah sama sekali tidak asing lagi dengannya.

Di sini, apa yang membedakannya dengan lawannya di Pilpres 2019 ini adalah dalam hal sejauh mana masing-masing mampu menghayati kehidupan masyarakat bawah. Prabowo Subianto mesti diakui memiliki kehidupan yang jauh berbeda dengan kehidupan masyarakat bawah. Hampir tidak ada catatan yang membuktikan keakrabannya dengan kehidupan masyarakat bawah.

Maka itu, memang terasa sangat berbeda apa yang terasa ketika Prabowo berbicara kehidupan masyarakat bawah dengan saat Jokowi membicarakan masyarakat bawah.

Saat Jokowi berbicara tentang masyarakat bawah, ia bisa berbicara berdasarkan pengalaman langsung. Bukan sekadar mendengar cerita orang atau sekadar membaca-baca dari koran belaka. Ia melihat, merasakan, dan bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat bawah. Maka itu, dalam hal kepekaan merasakan kehidupan masyarakat bawah, Jokowi jauh lebih meyakinkan mampu merasakan itu.

Sedangkan Prabowo, memang berangkat dari kalangan elite, dari keluarga terpandang, dan ketika membutuhkan sesuatu cukup tinggal menunjuk saja. Kehidupannya sangat berbeda dengan masyarakat bawah yang terbiasa merasakan langsung terik matahari, asap-asap kendaraan di jalanan ibu kota, hingga bagaimana sulitnya mendapatkan pekerjaan hingga sekadar mengurus identitas di kelurahan.

Jadi, ketika Prabowo berbicara tentang masyarakat bawah, lebih terasa sebagai pembicaraan yang sekadar berasal dari bagaimana cerita orang sekelilingnya saja, dari koran, atau buku-buku yang ia punya. Terlepas membaca begitu juga penting, namun bagaimana merasakan dan menghayati seperti apa kehidupan masyarakat bawah jauh lebih penting. 

Orang berbicara kesusahan, sementara ia sendiri hampir tidak pernah merasakan kesusahan, acapkali lebih kental terasa sebagai penghias bibir saja. Sekilas indah, namun tidak keluar dari penghayatan atau pengalaman pribadi. Dangkal. 

Adanya jarak dengan kehidupan masyarakat bawah itulah maka kenapa mereka yang belum mengambil keputusan akan memilih siapa cenderung memasang jarak juga dengan Prabowo. Berbeda halnya dengan Jokowi, setiap kali ia turun ke tengah-tengah masyarakat bawah, berbicara dengan pedagang sayur di pasar, berbincang dengan nelayan, betul-betul lebih terasakan sebagai pembicaraan dari hati ke hati antara dua orang yang memang sudah saling kenal kehidupan masing-masing.

Sebab, mereka yang hidup di kasta sebagai masyarakat bawah itu tidak selalu identik dengan kebodohan, terlepas mereka terbatas secara pendidikan. Mereka adalah orang-orang yang memiliki hati dan pikiran yang diasah langsung oleh realitas hidup sehari-hari, hingga tanpa retorika dan penjelasan layaknya penceramah, mereka mampu mencium manakah pemimpin yang lebih mirip dengan kehidupan mereka dan lebih memahami mereka. 

Naluri mereka terkadang lebih tajam daripada elite-elite yang berbicara tentang kehidupan rakyat susah dengan wajah bertabur bedak. Saat elite-elite memoles diri dengan bedak, rakyat di bawah mampu melihat dengan jelas wajah siapakah yang betul-betul memahami kesusahan di wajah mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun