Terlebih bandara ini juga berpotensi dapat dimanfaatkan tidak saja oleh warga Jawa Barat, tetapi juga bermanfaat bagi sebagian warga Jawa Tengah. Apalagi secara posisi, keberadaan bandara ini sendiri berjarak hampir sama antara ke Bandung dengan beberapa kota di Jawa Tengah, sekitar 60-100 km.
Dapat dikatakan, keberadaan Kertajati di Jawa Barat tidak jauh berbeda dari keberadaan Bandara Soekarno-Hatta di Tangerang, Banten. Keuntungan dari bandara ini tidak hanya bagi warga Banten, tetapi juga bagi masyarakat Jakarta.
Bahwa Kertajati masih memiliki beberapa kendala karena masih ada beberapa keterbatasan terkait akses, namun keberadaan Tol Cisamdawu (Cileunyi-Sumedang-Dawuan) yang masih diproses akan menutup persoalan ini.
Ringkasnya, status Kertajati yang menjadi bandara terbesar kedua di Indonesia, memang membutuhkan waktu hingga ia benar-benar bisa membawa manfaat penuh bagi masyarakat di Jawa Barat. Bahwa masih ada beberapa kendala, tak berarti mesti menghentikan harapan untuk melihat bahwa kelak bandara ini akan membawa manfaat sebesar apa.Â
Kemudian, terkait ada yang masih saja mencibir keberadaan bandara ini, bisa jadi hanya karena ia masih terbatas dalam melihat sejauh mana manfaat sebuah infrastruktur seperti bandara bagi sebuah negara. Kalau seorang calon kepala negara yang mencibir hal ini, bisa jadi ia hanya melihat keinginan dan mimpinya untuk berkuasa. Belum mampu melihat apa yang jadi keinginan dan mimpi mereka masyarakat yang ingin setara dengan manusia dari berbagai belahan dunia.Â
Jadi, soal bandara seperti ini dan seperti apa sebuah negara, pun tidak lepas dari pemimpin seperti apa yang mampu melihat kebutuhan masyarakatnya. Di sini, Jokowi sudah membuktikan satu langkah, bahwa apa yang dikerjakan hari ini adalah pekerjaan untuk manfaat besar di hari esok.
Namun di sini kembali lagi, apakah masyarakat di Jawa Barat menginginkan hari esok lebih baik, atau masih ingin melihat masa lalu dengan segala nostalgia saja? Tergantung, apakah mereka akan menghargai atau tidak siapa-siapa yang sudah bekerja untuk mereka, atau membiarkan diri tenggelam dalam lamunan indah yang dilempar calon pemimpin yang belum pernah bekerja apa-apa.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H