Sementara dalam politik ada kepentingan, nah kepentingan inilah yang jauh lebih dipentingkan dari sekadar sesuatu yang beraroma cerita keluarga.Â
Terbukti, Presiden Joko Widodo sendiri, yang notabene memiliki kekuasaan lebih besar daripada seorang Sandi, pun tak pernah sepi dari hinaan, cercaan, hingga fitnah. Semua itu tidak saja menimpa dirinya saja, melainkan juga anak, istri, dan bahkan cucu pun kerap jadi sasaran sebagian warganet.Â
Apa yang ditampilkan Jokowi adalah, dalam menyikapi hantaman keburukan atau bahkan berlebihan, ia berusaha terlihat biasa-biasa saja. Ia pun tak sampai meminta ibunya untuk turut bicara ketika ia dicela dengan tuduhan hingga hinaan bermacam-macam.
Sosok Jokowi, sedikitnya, mampu menampilkan bagaimana seorang lelaki dewasa sesungguhnya. Jika sang lelaki memilih bertarung, maka tidak ada cerita untuk membiarkan cara pandang yang mengharu biru dan sejenisnya.Â
Laki-laki pantang cengeng. Kira-kira begitulah yang ditampilkan Jokowi, walaupun publik tahu bagaimana hantaman hatespeech tertuju kepadanya.Â
Berbeda halnya dengan Sandiaga, walaupun mungkin ibundanya memiliki niat untuk menunjukkan peran dan suaranya sebagai ibu, namun itu justru dapat dibaca publik bahwa putranya tersebut belum mandiri. Sandi bukanlah petarung sebenarnya, karena di sini ia tidak terlihat sebagai seorang anak yang betul-betul telah matang sehingga saat ia "dicubit" ia masih tetap berteriak dan meronta melebihi rasa sebenarnya dari cubitan itu.Â
Setidaknya inilah yang tertangkap oleh publik. Dapat saja akan semakin banyak yang melihat Sandi sebagai figur yang belum cukup matang untuk terjun ke dunia politik, dan masih terlihat sebagai "anak mami" alih-alih tampil sebagai figur yang betul-betul siap bertarung.
Ia lebih terlihat sebagai anak manja alih-alih sebagai calon pemimpin yang akan memimpin negara sebesar Indonesia. Sebab, luka kecil saja dialaminya telah membuat keluarganya meronta dan menjerit. Bukan mustahil, pandangan publik terhadapnya dapat saja semakin buruk.
Sebab, saat Mien Uno ingin berbicara sebagai seorang ibu, orang-orang dapat saja semakin yakin jika Sandi memang lebih tepat untuk bermanja-manja dengan sang ibu. Ya, daripada membuatnya bersedih karena pertarungan politik memang dapat saja melahirkan luka-luka melebihi hasil dari sebuah tagar #SandiwaraUno.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI